FK-KMK UGM. “Perawatan jangka panjang (long-term care) untuk lansia sangat dibutuhkan karena semakin tingginya jumlah populasi lansia khususnya di Indonesia. Menurut badan statistik mencapai 9,92% total populasi lansia atau sekitar 26-27 juta penduduk lansia di Indonesia dengan demikian apabila dalam suatu negara mencapai >10% total populasi lansia maka dikategorikan sebagai negara struktur penduduk tua (aging population). Prediksi dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2035 total penduduk lansia mencapai 40-an juta, dapat diartikan bahwa kualitas hidup semakin baik dan harapan hidup semakin panjang. Akan tetapi kebutuhan biaya kesehatan menjadi lebih banyak, maka perlunya skema yang baik dengan adanya long-term care” papar Dosen Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, Dr. Diah Ayu Puspandari, Apt., MBA., M.Kes, Rabu (2/6) saat mengisi acara bincang pagi di Radio Indonesia Sehat (RAISA) FK-KMK UGM.
Layanan perawatan jangka panjang dibutuhkan karena lansia tidak bisa mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari sehingga dibutuhkannya pendampingan. Layanan ini juga belum termasuk dalam jaminan kesehatan nasional (JKN) karena tingginya kebutuhan biaya yang dikeluarkan.
Lansia termasuk dalam kelompok rentan terinfeksi Covid-19, cara melindunginya sama seperti dengan pedoman 5M. “Selain itu juga harus memperhatikan asupan nutrisi, aktivitas gerak seperti olahraga ringan, dan tak lupa juga memperhatikan kesehatan psikis serta sosial,” ungkap Dr. Diah.
“Sering kali kita melarang lansia untuk beraktivitas, menyuruh untuk istirahat saja. Ternyata hal seperti itu membuat lansia kurang nyaman meskipun sebenarnya maksud kita baik. Sebenarnya lebih baik tetap beraktivitas dengan ringan-ringan saja,” imbuhnya.
Day care atau “tempat penitipan” ini tidak melulu untuk anak-anak balita. Day care ini merupakan salah satu bagian dari program long-term care yang didalamnya terdapat fasilitas untuk bersosialisasi antar sesama lansia. “Pemerintah daerah Hamamatsu salah satu kota di negara Jepang berkontribusi memiliki day care dengan fasilitas transportasi antar jemput kemudian di asuh bersama di tempat day care tersebut. Kegiatan yang dilakukan seperti bersosialisasi bersama, aktivitas fisik, karaoke, dan juga origami serta mewarnai yang disesuaikan dengan kondisi fisiknya” tutur Dr. Diah.
Acara bincang pagi berlangsung selama 1 jam ini diikuti oleh berbagai kalangan, mahasiswa dan segenap sivitas UGM. (Arif AR/Reporter)