Yogyakarta – Sabtu (28/3), Pokja Nutrigenomik Fakultas Kedokteran UGM menggelar seminar bertema “Peran Antioksidan dalam Penanganan Penyakit Degeneratif dengan Pendekatan Nutrigenomik.” Acara ini merupakan rangkaian Annual Scientific Meeting (ASM) Dies Natalis FK UGM ke-69. Seminar dibuka pukul 08.00 WIB oleh ketua Dr. Dra. Sunarti, M.Kes, di ruang kuliah lantai 2 Auditorium FK UGM yang dilanjutkan dengan presentasi pertama tentang gambaran nutrigenomik dalam penanganan penyakit degeneratif oleh Prof. Fatchiyah, M.Kes., PhD dari Universitas Brawijaya Malang. “Respon individu terhadap nutrisi sangat bervariasi tergantung pada gen yang dimilikinya. Nutrigenomik mampu membantu kita menentukan batas kebutuhan nutrisi esensial dan mikronutrien individu melalui pendekatan genetis,” jelas Profesor Fatchiyah. Beliau memperjelas peran nutrisi dalam penanganan penyakit degeneratif dengan memaparkan hasil-hasil penelitianya, antara lain manfaat susu kambing etawa untuk terapi penanganan pasien reumathoid arthritis.
Pembicara kedua, dokter Ahmad Hamim Sadewa, PhD, mengetengahkan manfaat ilmu nutrigenomik dalam terapi penyakit degeneratif melalui peran single nucleotide polymorphisms (SNPs) terhadap perubahan metabolisme mikronutrien dan antioksidan dalam penanganan kanker. Pada sesi kedua, panitia menghadirkan dua pembicara, yaitu dr. Agussalim Bukhari,Sp.GK, Ph.D dan Dr.rer.nat Ronny Martien, M.Si. Pembicara pertama menyampaikan tentang hasil penelitiannya bahwa pembatasan asupan kalori mampu memperbaiki status stres oksidatif seseorang melalui regulasi pada ekspresi gen SIRTs. Adapun pembicara kedua lebih berfokus pada peran komponen bioaktif makanan pada sediaan obat.
Seminar ini merupakan penyelenggaraan kedua kalinya oleh Pokja Nutrigenomik. Pasalnya, nutrigenomik tergolong ilmu yang baru berkembang di Indonesia. “Nutrigenomik adalah cabang ilmu baru yang mempelajari tentang bagaimana suatu senyawa bioaktif makanan mempengaruhi ekspresi gen individu. Apabila ekspresi gen ini berubah, pembentukan protein-protein yang berperan dalam metabolisme juga akan berubah. Hal inilah yang menjadi fokus kajian Pokja Nutrigenomik.” Demikian penjelasan ketua pokja Dr. Dra. Sunarti, M.Kes. yang juga menerangkan bahwa Pokja Nutrigenomik dibentuk dengan tujuan untuk memberikan alternatif pencegahan dan terapi penyakit berbasis nutrisi. Terkadang, seseorang punya suatu faktor risiko dari dalam yang memicu munculnya suatu penyakit. Faktor risiko tersebut dapat ditekan supaya tidak muncul melalui pemberian suatu senyawa bioaktif dari makanan. “Diharapkan dengan adanya pokja nutrigenomik ini muncul peneliti-peneliti muda yang mau mengangkat senyawa bioaktif bahan makanan untuk diolah menjadi makanan fungsional yang berperan dalam terapi suatu penyakit” terang Dr. Sunarti. “Pengembangan ilmu nutrigenomik ini membutuhkan kolaborasi antar bidang ilmu. Untuk itulah, acara ini kita selenggarakan, supaya para peneliti dapat berbagi ilmu dan hasil penelitian.” pungkasnya. [Anisa/Rep]