FK-KMK UGM. Sejak tahun 2017 Unit Alumni FK-KMK UGM telah melakukan berbagai inovasi-inovasi salah satunya adalah alumni berbagi yang mana para alumni dapat berbagi pengalaman dan pengetahuan dari senior kepada juniornya maupun calon alumni.
Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Dekan Bidang Kerja Sama, Alumni dan Pengabdian Masyarakat, dr. Mei Neni Sitaresmi, SpA(K)., PhD dalam sambutannya pada kegiatan Webinar Series hari Kedua Meridian 2021 dengan tema Health Leadership, Minggu (7/11)
“Tidak hanya berhenti sampai berbagi pengalaman, tetapi harapannya dengan forum ini dapat menjalin silaturahmi dan terbentuknya jejaring bahkan yang terbaru juga unit alumni menyediakan mentorship dari alumni yang senior dengan yang muda agar terbangun sebuah networking yang luas serta bermanfaat.”, harap Dokter Mei.
Dokter Mei juga menyampaikan bahwa menjadi seorang tenaga kesehatan, harus bisa menjadi leader di dalam team dan membutuhkan ilmu dan yang tidak kalah penting adalah pengalaman. Hal ini sejalan dengan visi pendidikan tinggi saat ini yaitu kampus merdeka, yang mana teman-teman maupun mahasiswa dapat mengakses pembelajaran tidak hanya formal dari dosen, maupun teman di kampus namun belajar dari praktisi-praktisi yang ada diluar seperti dalam acara-acara seperti ini .
Di-era sosial media yang sangat berkembang seperti sekarang, banyak sekali informasi yang kurang tepat terkait dunia kesehatan. Sehingga seorang tenaga kesehatan menjadi keharusan untuk membenarkan informasi tersebut secara evidence based. Disinilah fungsi seorang leader diperlukan, bisa berdampak positif dan bermanfaat bagi masyarakat.
“Yang menjadi penting adalah personal branding, atau tentang bagaimana kita akan diperspektifkan di masyarakat di era digital.”, jelas dr. Asa Ibrahim Sp.OT seorang dokter spesialis ortopedi dan social media influencer yang menjadi narasumber pertama pagi itu.
Dokter Asa menyampaikan bahwa mengapa perlu memiliki personal branding yang baik adalah karena jika seseorang memiliki personal branding yang baik, tentu saja akan meningkatkan kredibilitas, selain itu seorang tenaga kesehatan dapat dibedakan dari tenaga kesehatan yang lain karena memiliki keunikan tersendiri. Setelah dapat dibedakan dari yang lain, diharapkan bisa meningkatkan influence ke masyarakat.
“Personal branding menjadi penting karena dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap seorang pribadi individu, memberikan dampak yang lebih luas kepada masyarakat juga dapat membuka kesempatan-kesempatan lain diluar bidang yang kita tekuni.”, tambahnya.
Pada sesi kedua dr. Rudy Cahyadi Susilo, CEO PT. ANJ Health Care dan Direktur Utama Klinik Mata Nusantara menyampaikan materi menganai Human Resource Management untuk memingkatkan pelayanan kesehatan. Beliau menyampaikan bahawa untuk menjadi seorang pemimpin juga perlu memperhatikan value dari perusahaan dimana tempat seseorang bekerja, seperti integritas, kepercayaan terhadap lingkungan dan sesama. Dan juga untuk terus menerus melakukan peningkatan mutu.
Pada sesi ketiga, dr. Hasto Wardoyo, Sp. OG(K), Kepala BKKBN dan Mantan Bupati Kulon Progo menyampaikan bahwa filosofi seorang dokter itu harus mampu memuaskan orang meskipun tidak mampu memenuhi ekspektasinya. Hal tersebut yang menjadi dasar beliau dalam menjalankan segala tugas dan amanah selama ini.
Kepemimpinan dalam bidang kesehatan dan kedokteran ini sebetulnya saat ini sedang menghadapi banyak permasalahan. Oleh karena itu menurut dokter Hasto dibutuhkan penguasaan 3 hardskill yang harus dimiliki yaitu Pertama, akuisisi atau ilmu kepemimpinan yang bisa didapatkan dari berbagai macam sumber. Kedua, kompetensi atau keterampilan menjadi seorang pemimpin dan Ketiga, Profisien atau kecakapan menjadi seorang pemimpin.
“Seoraang tenaga kesehatan tentunya juga sudah dibekali dengan kemampuan pengambilan keputusan saat menangi pasien, hal tersebut juga dapat diterapkan saat menjadi seorang pemimpin. Seorang pemimpin harus berani mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas hal tersebut.”, tambahnya.
Pada akhir sesi beliau menyampaikan pesan bahwa bahwa seorang pemimpin sejati merupakan seorang pelayan sejati, yang mana memiliki kerelaan hati untuk menempatkan diri ditempat yang rendah dan bisa bertahan dalam keadaan sulit dan terkadang menderita dalam melayani orang lain.
Acara tersebut dimoderatori oleh dr. Kurniawan S. Denta, M.Sc., Sp.A dan dr. Eta Auria Latiefa. (Yuga/Reporter)