Pentingnya Upaya Antisipasi Bencana Non-alam

FK-KMK UGM. Pokja Bencana bekerjasama dengan Departemen Keperawatan dan PKMK FK-KMK UGM menyelenggarakan Annual Scientific Meeting FK-KMK UGM 2023: Kesiapsiagaan Sektor Kesehatan dalam Menghadapi Bencana Non-Alam (Nuklir) pada Kamis (30/3).

Ketua Pokja Bencana, Sutono, S.Kp., M.Kep., M.Sc mengatakan bahwa negara Indonesia dikatakan sebagai laboratorium bencana karena kita bisa menemukan segala jenis bencana alam di sini. Pada 2025 mendatang, pemerintah memiliki rencana memperbanyak PLTN (Nuklir) yang dampaknya adalah bencana non-alam. “Maka dari itu, kita perlu melakukan persiapan dan antisipasi terhadap bencana non-alam,” jelas Sutono.

Dekan FK-KMK, dr. Yodi Mahendradhata, M.Sc., Ph.D., FRSPH juga menjelaskan bahwa tema Dies Natalis FK-KMK tahun 2023, Merajut Sinergi Membangun Resiliensi sejalan dengan topik bahasan ASM kali ini. Resiliensi artinya ketahanan, termasuk ketahanan dalam menghadapi bencana non-alam. “ASM dengan tema kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana non-alam sudah sesuai untuk dilakukan. Mengingat pembangunan PLTN (Nuklir) yang terus berkembang di masa depan akan memberikan dampak langsung terhadap kesehatan masyarakat secara umum,” jelasnya.

Nobuyuki Horihashi, M.D., Ph.D dari Departemen Kedokteran Bencana Radiasi Universitas Hiroshima memberikan penjelasan terkait akibat yang akan terjadi karena adanya bencana nuklir. “Akibat bencana nuklir, sebuah wilayah akan kehilangan fungsi dari pusat kontrol yang mengatur wilayah tersebut. Evakuasi tenaga kesehatan, termasuk residen dan tenaga kesehatan lainnya penting dilakukan dalam kondisi ini,” terang Hirohashi.

Menurut Drs. Biwara Yuswatana, M.Si (Kalak BPBD DIY) mengatakan bahwa bencana nuklir merupakan salah satu bencana akibat kegagalan teknologi dan ini harus diantisipasi sejak awal. “Penyebab gagalnya sebuah teknologi ada beragam, misalnya kesalahan prosedur dan unsur kesengajaan (sabotase),” tambahnya. (Nirwana/Reporter)