Pentingnya Pemantauan Tumbuh Kembang Anak

FK-KMK UGM. Staf Departemen Anak Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM,  dr. Braghmandita WI, MSc., SpA dan dr. Neti Nurani, M.Kes., SpA(K), membahas pentingnya pemantauan tumbuh kembang anak, Jumat (13/11) dalam acara bincang kesehatan yang digelar RSUP Dr. Sardjito secara daring.

“Setiap orang tua pasti mengharapkan putra-putrinya bisa tumbuh optimal, cerdas, bahkan berprestasi. Pahami tumbuh kembang anak, penuhi kebutuhan anak, dan pantau tumbuh kembangnya menjadi kunci mewujudkan harapan orang tua tersebut,” ungkap dr. Braghmandita mengawali paparannya.

Dirinya juga menegaskan bahwa ciri khas anak adalah tumbuh dan berkembang. Di mana pertumbuhan merupakan proses kontinyu, pertambahan ukuran, kecepatan tidak teratur, dan fase percepatan maupun perlambatan. Sedangkan perkembangan merupakan proses maturasi dan belajar, mempunyai pola tertentu, sekuensial dan dapat diprediksi, serta memiliki pola yang sama.

“Aspek genetik, nutrisi, stimulasi, penyakit, kasih sayang, pola asuh dan lingkungan menjadi faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak,” imbuhnya. Oleh karena itu, dr. Braghmandita menegaskan pentingnya asah, asih, dan asuh untuk memenuhi kebutuhan anak.

Di sisi lain, dirinya juga menegaskan pentingnya imunisasi bagi anak. “Karena imunisasi menjadi sebuah tindakan yang paling efektif untuk melindungi anak dari penyakit tertentu, mengurangi angka kesakitan bahkan kematian pada anak,” pungkasnya.

Dalam sesi bincang kesehatan ini, dr. Neti Nurani, M.Kes., SpA(K) menambahkan dari aspek nutrisi untuk menjaga optimalisasi tumbuh kembang anak. Sekitar 10 juta anak di dunia mengalami gangguan perkembangan dan 30 ribu kematian bayi di Indonesia tiap tahun dapat dicegah melalui pemberian ASI secara Eksklusif (Unicef). Bahkan, 54% penyebab gangguan pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita disebabkan oleh keadaan gizi anak yang buruk. Dan 6,7 juta balita (27,3% dari seluruh balita di Indonesia) menderita kurang gizi akibat pemberian ASI dan makanan pendamping ASI yang salah. Selain itu, juga terjadi defisiensi nutrisi pada bayi baru lahir – usia 4 tahun di Asia Selatan, yakni: 40% mengalami defisiensi vitamin A; 76% mengalami defisiensi besi; dan 79% mengalami defisiensi zink.

“1000 hari pertama kehidupan terjadi sejak anak dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun disebut sebagai periode emas. Pada saat itulah terjadi pertumbuhan otak yang sangat pesat yang mendukung seluruh proses pertumbuhan anak dengan sempurna. Kekurangan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK) tidak dapat diperbaiki di kehidupan selanjutnya,” ungkap dr. Neti.

Oleh karenanya, dr. Neti menegaskan standar emas makanan bayi dan anak bisa dilakukan dengan Inisiasi Menyusui Dini (IMD), ASI Eksklusif, MPASI, hingga ASI yang diteruskan sampai 2 tahun.

“ASI merupakan asupan nutrisi penting bagi anak karena mengandung beberapa zat, di antaranya adalah lemak, Kolesterol, DHA, laktosa: nutrisi vital bagi perkembangan otak dan tubuh; Vitamin dan mineral dalam ASI mempunyai bioavailabilitas yang tinggi; Antibodi yang dibuat oleh tubuh ibu akan masuk ke tubuh bayi melalui ASI. Dengan bervariasinya rasa tersebut, bayi yang diberi ASI nantinya akan lebih mudah beradaptasi terhadap makanan. Dan yang terakhir adalah kandungan Mikrobiota: lactobacillus,” ujarnya. (Wiwin/IRO; Foto: dok. panitia)

Berita Terbaru