Pentingnya Kolaborasi Lintas Sektor untuk Kesehatan Masyarakat, Menjadi Pesan Prof. Fatwa dalam Pidato Guru Besar

FK-KMK UGM. Prof. dr. Fatwa Sari Tetra Dewi, M.P.H., Ph.D. telah berhasil memperoleh gelar sebagai Guru Besar dalam Bidang Promosi dan Pencegahan Penyakit Kronis di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM. Beliau melaksanakan pidato pengukuhan jabatan Guru Besar pada Selasa (15/04) di Balai Senat Lantai 2 Gedung Pusat UGM. Pidato pengukuhan Prof. Fatwa berjudul Kesehatan Kita, Kontribusi Semua: Inovasi dan Kolaborasi dalam Pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM).

“Pada pemaparan ini, saya memaparkan tentang penyakit tidak menular dan upaya pencegahannya di mulai dengan pendekatan holistik fisik-mental, pemberdayaan masyarakat, penataan lingkungan yang mendukung, pemanfaatan inovasi digital, adanya kolaborasi lintas sektor, dan saling bersinergi.”

Prof. Fatwa menyampaikan bahwa upaya promotif dan preventif dalam pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) dianalogikan sebagai “Belajar Menyetir vs Memakai Sabuk Pengaman”. Promotif diibaratkan seperti belajar menyetir, yakni membangun kebiasaan hidup sehat agar masyarakat terhindar dari PTM. Sementara preventif diibaratkan memakai sabuk pengaman, karena berfungsi mencegah dampak lebih buruk sebelum penyakit menjadi lebih parah.

Dari perspektif kesehatan masyarakat, mencapai derajat kesehatan optimal menuntut pendekatan menyeluruh yang memadukan aspek fisik, mental, dan sosial. Penelitian yang dilakukan Prof. Fatwa menunjukkan bahwa stress atau gangguan emosional dapat memicu perilaku tidak sehat, seperti merokok, pola makan berlebih, dan kurangnya aktivitas fisik. Upaya holistik dapat diwujudkan dengan menggabungkan penatalaksanaan kondisi fisik dan mental.

“Misalnya, pemerintah daerah dan sektor swasta dapat mendorong penyelenggara olahraga mingguan di ruang terbuka hijau, dikombinasikan penyuluhan dan konsultasi nutrisi. Selain itu, kebijakan pengembangan jalur sepeda, penambahan sarana olahraga, perluasan area terbuka hijau dapat mendorong masyarakat lebih menyukai gaya hidup aktif sekaligus meningkatkan interaksi sosial dan berdampak positif bagi kesehatan mental,” terang Prof. Fatwa.

Kemajuan teknologi digital berpotensi dalam pengembangan promosi dan pencegahan PTM dilaksanakan secara masif dan efisien. Berbagai inovasi teknologi kesehatan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efektivitas promosi dan pencegahan PTM, termasuk media sosial, aplikasi kesehatan, wearable devices, telemedicine, big data, serta kecerdasan buatan. “Teknologi digital berperan penting dalam mempromosikan pencegahan PTM melalui literasi kesehatan, deteksi dini, dan intervensi personal. Namun, tantangan seperti kesenjangan digital, keamanan data, dan gaya hidup sedentary masih menghambat efektivitasnya.”

Pengendalian PTM membutuhkan kontribusi banyak pihak. Masyarakat, sektor swasta, perguruan tinggi, dan pemerintah memiliki peran strategis masing-masing. Sinergi dan kerja antar berbagai pemangku kepentingan nantinya memperkuat efektivitas program PTM. Masyarakat berperan sebagai agen utama perubahan dengan menerapkan gaya hidup sehat. Sektor swasta berperan dalam pengendalian PTM melalui inovasi produk sehat maupun CSR. Kolaborasi dengan pemerintah dapat berperan dalam membentuk kebijakan lingkungan kerja yang sehat, serta perguruan tinggi memiliki kontribusi penting dalam menghasilkan riset terkait kesehatan.

“Perguruan tinggi juga berperan dalam menciptakan lingkungan kerja yangs ehat bagi sivitas akademiknya. Contohnya melalui pendekatan Health Promoting University (HPU), karena menerapkan kebijakan kesehatan dengan berbagai program, di antaranya pengendalian merokok, perlindungan kekerasan, aktivitas fisik, pola makan sehat, lingkungan sehat dan aman, serta kesehatan mental dengan layanannya Chatbot Lintang maupun konseling psikologis.”

Prof. Fatwa menekankan bahwa PTM menjadi penyebab utama kematian di Indonesia, dengan faktor risiko seperti merokok, pola makan tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, dan stres yang terus meningkat. Di negara maju, penekanan pencegahan dan promosi kesehatan diutamakan, sementara di negara berkembang masih berfokus pada pengobatan, sehingga kurang efektif dalam jangka panjang. Kolaborasi lintas sektor menjadi tonggak dalam keberhasilan pengendalian PTM yang dilakukan dengan berkelanjutan, pendanaan yang baik, serta mendukung program dan inovasi di masyarakat.

“Indonesia dapat mengembangkan semacam Badan Pengembangan Perilaku Sehat dan Pengendalian PTM, yang berperan dalam mendanai serta mendorong berbagai program gaya hidup sehat berbasis komunitas. Semoga pidato ini turut mendorong transformasi kesehatan yang positif. Bersama-sama kita wujudkan Indonesia yang lebih sehat, tangguh, dan Sejahtera,” pungkas Prof. Fatwa.

Prof. dr. Fatwa Sari Tetra Dewi, M.P.H., Ph.D. merupakan salah satu dari 528 Guru Besar aktif di Universitas Gadjah Mada. Di tingkat fakultas merupakan Guru Besar ke 75 aktif dari 102 Guru Besar yang pernah dimiliki oleh FK-KMK UGM. Pengukuhan Guru Besar Prof. Fatwa sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, SDG 4: Pendidikan Berkualitas, SDG 5: Kesetaraan Gender, SDG 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur, serta SDG 16: Perdamaian Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh. (Humas/Sitam).