Pentingnya Ilmu Pengetahuan Dalam Membuat Kebijakan Publik

FK-KMK UGM. Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM menggelar kegiatan bedah buku bertajuk “Spike the Virus vs the People: the inside Story”, Jumat (11/03) secara daring. Buku yang merupakan karya Professor dari University of Oxford ini menyajikan wawasan baru tentang kebijakan pemerintah dan kaitannya dengan virus COVID-19.

“Buku ini bercerita tentang upaya saya untuk memperingatkan dunia akan pandemi yang mengancam dan menyusun tindakan pencegahan, yang ditulis dengan bantuan jurnalis sains Anjana Ahuja. Buku ini juga tercipta untuk menarik dan memperingatkan pemerintah mengenai pembuatan kebijakan dalam penangan covid-19,” tutur Sir Farras yang merupakan kepala dari salah satu badan pendanaan ilmu filantropi terbesar di dunia.

Sebagai kepala Wellcome Trust, dan ahli dalam penyakit menular yang baru muncul, Sir Farrar adalah salah satu orang pertama di dunia yang mendengar tentang penyakit pernapasan baru yang misterius di China – dan mengetahui bahwa penyakit itu dapat dengan mudah menyebar di antara orang-orang.  Dalam buku ini juga, Farrar menggambarkan bagaimana rasanya sebagai salah satu ilmuwan kunci dari situasi yang bergerak cepat, ketika keputusan yang kompleks harus dibuat dengan cepat di tengah ketidakpastian yang besar.

Buku ini juga menyoroti mengenai klaim pemerintah Inggris untuk ‘mengikuti sains’ dalam tanggapannya terhadap virus, dan diinformasikan tidak hanya oleh pandangan Farrar tetapi juga melalui wawancara dengan ilmuwan dan tokoh politik top lainnya. Dalam bedah buku tersebut, Dr. Gindo Tampubolon, MSc PhD FRSS RMS, seorang professor asal Indonesia yang saat ini berkarir di University of Menchester hadir sebagai pembedah buku dan menyampaikan diskusinya mengenai buku ini. Beliau mengungkapkan bahwa dalam buku ini telah dibahas pentingnya ilmu pengetahuan dalam pembuatan kebijakan public yang saat dasar dan mendalam.

“Khususnya di Indonesia, dalam membuat sebuah kebijakan publik kita membutuhkan seorang ahli dibidang epidemiologi, virologi dan peneliti lain dibidang kesehatan. Karena kebijakan publik yang kuat harus berdasarkan hasil riset yang terjadi di masyarakat”, ungkap Dr. Gindo.

Acara yang berlangsung selama 1 jam ini dimoderatori oleh dr. Riris Andono Ahmad, MPH, Ph.D dan dihadiri pula kurang lebih delapan puluh peserta secara daring. (Yuga/Reporter)

Berita Terbaru