Pengukuhan Guru Besar FK UGM Prof. Dr. Dra. Sri Suryawati, Apt. dilaksanakan senin, 25 Juni 2012 di UGM di Balai Senat UGM dengan judul Kearifan Budaya Indonesia untuk Solusi Masalah Global Pengguna Obat. Materi ini diharpakn mampu membangkitkan kembali rasa kebanggaan dan nasionalisme serta dapat menjadi stimulus agar tetap bangga sebagai orang Indonesia dan dengan penuh keyakinan berdiri di forum internasional.
Commission on Economic, Social and Cultural Rights menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan the highest attainable standard adalah pelayanan kesehatan yang terbaik dengan obat terbaik, yaitu obat essensial sebagaimana didefinisikan oleh Badan Kesehatan Dunia WHO. Obat esensial adalah obat-obat yang diperlukan untuk pelayanan kesehatan prioritas. Proses seleksinya harus didasarkan pada hasil penelaahan sistematis dan komprehensif terhadap kemanfaatan dan keamanan, pertimbangan kebutuhan kesehatan masyarakat, ketersediaan produk, dan pertimbangan harga, serta harus melalui proses seleksi yang transparan. Dalam kurun waktu 3 dekade, 86% Negara di dunia telah mempunyai Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN), termasuk Indonesia.
“Berdasarkan hasil survei WHO yang dipublikasi tahun 2011 (WHO, 2011) telah menunjukkan keberhasilan di sektor publik. 100% negara dengan tingkat pendapatan tinggi menggunakan obat esensial untuk pengadaan obat publiknya, sedangkan disektor swasta 13% negara saja yang mengutamakan obat esensial. Selain itu penggunaan injeksi di tahun 2010 turun drastis sekitar 3% dibanding tahun 1987,” ungkap ibu empat anak ini.
Tiga model upaya perbaikan mutu penggunaan obat yang dikembangkan di Indonesia dan kemudian berhasil menarik perhatian dunia, diadopsi oleh banyak negara dan digunakan dalam program nasional mereka, yaitu:
- CBIA (Cara Belajar Ibu Aktif, Community-Based Interactive Approach) dimulai tahun 1993. Kekhasan metode ini memanfaatkan paguyuban di masyarakat Indonesia, misalnya: kelompok arisan, perkumpulan keagamaan, kelompok PKK, Dharmawanita bahkan kelompok ronda. Forum ini merupakan salah satu upaya sosialisasi.
- IGD (Interactional Group Discussion) yang dikembangkan tahun 1992. Konsepnya adalah mengembangkan suatu forum diskusi yang melibatkan kelompok yang telah diketahui berbeda pendapat, agar kelompok tersebut kemudian saling berargumentasi untuk mencari kebenaran informasi dan selanjutnya membuat konsesus untuk upaya perbaikan. Ide IGD ini awalnya disangsikan oleh para pakar, namun ketika diuji ternyata kekhawatiran tidak terbukti. Bahkan setiap kelompok terlihat sangat antusias dalam mengikuti diskusi.
- MTP (Monitoring-Training-Planning) adalah model diskusi terstruktur yang dikembangkan untuk menyelesaikan masalah penggunaan obat di institusi pelayanan kesehatan. Mencari solusi untuk mengatasi masalah penggunaan obat perlu dipertimbangan berbagai factor penyebab yang berasal dari ketiga aspek tersebut, yaitu aspek penyedia pelayanan kesehatan, pasien, dan lingkungan kerja institusi pelayanan.
“Dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan bahwa konsep-konsep kearifan budaya Indonesia perlu kita perhatikan kembali, kita hidupkan kembali, kita lestarikan terus, agar kita mampu berkiprah didunia global sebagai bangsa Indonesia. Selain itu saya ingin mengajak generasi muda, adik-adikku, anak-anakku yang saat ini sedang mencari jati diri, berusaha dengan penuh semangat memperoleh posisi nyaman dalam pergaulan nasional maupun internasional. Jadilah orang Indonesia dengan segala ciri khas budayanya, dan bersikaplah orisinil. Saya meyakini bahwa Indonesia sangat pantas menjadi sumber belajar dunia,” tambah beliau dengan semangat dan penuh keyakinan.
Diakhir pidatonya, Prof. Sri Suryawati mengucapkan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya dan setulus-tulusnya atas semua fihak yang telah membantu, mensupport dan memperlancar segala proses menuju dan hingga penyematan gelar Guru Besar UGM. [Dian/Humas FK]