Penguatan Wellness Health Tourism untuk Difabel: Memperluas Kesempatan dan Mendorong Inklusi Sosial

FK-KMK UGM. Pariwisata kesehatan atau wellness health tourism, tengah berkembang pesat di Indonesia. Di tengah tren ini, komunitas difabel ternyata memiliki potensi besar yang belum sepenuhnya tergali. Untuk mendukung inklusi sosial dan ekonomi bagi penyandang difabel, khususnya penyandang tuna netra, Sistem Kesehatan Akademik Universitas Gadjah Mada (AHS) berkolaborasi dengan Dria Manunggal dan UMKM Dewi Pinang menggelar pelatihan khusus pada Jumat, 6 September 2024, di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan.

Pelatihan ini bertujuan memberikan kesempatan yang setara bagi komunitas difabel untuk mengembangkan keterampilan di sektor wellness health tourism. Acara ini menghadirkan sejumlah narasumber ahli, termasuk dr. Sri Awalia Febriana, M.Kes., Sp.KK(K)., Ph.D., dr. Widyandana, MHPE., Ph.D., Sp. M(K), dan dr. Shinta Trilaksmi Dewi, Ph.D., Sp. D.V.E.

Dalam sesi tersebut, dr. Awalia membahas aspek wellness yang menjadi unggulan dalam health tourism. Dr. Shinta membuka diskusi mengenai regulasi pelabelan produk UMKM Dewi Pinang, dengan fokus pada kendala izin edar dari BPOM. Tami, perwakilan dari UMKM Dewi Pinang, menjelaskan bahwa saat ini mereka mengalami kendala karena produk Kencur Hitam belum terdaftar di database BPOM. “Saat ini kami sudah mengajukan untuk proses izin edar dari lulur dan produk minuman Kencur Hitam, namun ada kendala karena Kencur Hitam belum terdapat dalam database BPOM sehingga proses izin edar belum dapat dilanjutkan”, ujar Tami. Diskusi menghasilkan solusi dengan mengusulkan perubahan nama produk menjadi jahe hitam, yang memiliki nama latin yang sama dan sudah tercantum di database BPOM.” Jika di database BPOM jahe hitam sudah tercantum, kemungkinan izin edar bisa dilanjutkan prosesnya”, tambah dr. Shinta.

Sebelum menutup sesi, dr. Widyandana berharap pelatihan ini dapat memperkuat kolaborasi antara UMKM dan komunitas difabel, serta mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan seperti SDG 3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera), SDG 10 (Berkurangnya Kesenjangan), SDG 11 (Kota dan Pemukiman Berkelanjutan), dan SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan).

Pelatihan ini diharapkan tidak hanya membuka peluang baru bagi difabel dalam sektor wellness health tourism, tetapi juga memperkuat inklusi sosial dan ekonomi secara lebih luas.(Reporter/Resha Ayu)

 

Berita Terbaru