FK-KMK UGM. Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM) menyelenggarakan sesi paralel dalam rangkaian hari kedua forum internasional pada 07 Juli 2025, yang menyoroti pentingnya kesiapan sistem diagnostik dalam menghadapi potensi pandemi di masa depan. Kegiatan ini menghadirkan para pakar kesehatan global untuk membahas peran strategis diagnostik dalam deteksi dini, respons efektif, dan upaya mitigasi bencana kesehatan.
Sesi dibuka oleh Prof. Rosanna Pelling dari London School of Hygiene & Tropical Medicine, yang menekankan bahwa selama pandemi COVID-19, keberadaan diagnostik yang cepat dan akurat menjadi fondasi dalam memperjelas definisi kasus, mendukung penelitian, memperkuat sistem surveilans, dan mempercepat uji klinis vaksin maupun pengobatan. Meski demikian, ia menyoroti tantangan akses yang masih panjang, terfragmentasi, dan regulasi yang lamban sehingga menghambat pemerataan layanan diagnostik di banyak negara.
Isu ketimpangan akses juga diperkuat oleh paparan Dr. Sarbjit Chadha, yang menyoroti perbedaan tajam antara negara berpendapatan tinggi dan rendah dalam hal kapasitas laboratorium dan ketersediaan alat diagnostik. Ia mendorong kolaborasi antar pemangku kepentingan—pemerintah, akademisi, hingga masyarakat sipil—untuk menjembatani kesenjangan ini.
Sementara itu, Shin Young-Soo dari WHO menyoroti pentingnya program Pre-Qualification (PQ) WHO untuk menjamin mutu alat diagnostik secara global. Ia menekankan perlunya penyederhanaan kerangka regulasi agar inovasi diagnostik dapat lebih cepat dimanfaatkan, terutama di wilayah-wilayah dengan sumber daya terbatas.
Para pembicara sepakat bahwa sistem diagnostik yang kuat harus ditopang oleh konektivitas data, tata kelola kolaboratif, serta strategi komunikasi berbasis kepercayaan publik. Upaya memperkuat sistem ini bukan hanya investasi dalam infrastruktur kesehatan, tetapi juga bagian penting dari perlindungan masyarakat global.
Inisiatif ini sejalan dengan upaya mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, serta SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan, karena memperkuat sistem diagnostik berarti memperkuat daya tahan masyarakat terhadap ancaman kesehatan masa depan secara kolektif dan berkeadilan. (Kontributor: Ichlasul Amalia).




