FK-KMK UGM. “Masyarakat Beretika merupakan suatu program yang bertujuan untuk membangun rekonsiliasi kepercayaan dokter dan pasien dengan mengenalkan dilemma ethics dalam pelayanan kesehatan berbasis asertivitas masyarakat,” papar Erlin Erlina, MA., Ph.D., Researcher dari Center for Bioethics and Medical Humanities (CBMH) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Kepeawatan (FK-KMK) UGM, saat mengawali forum diskusi (Raboan) yang diselenggarakan oleh CBMH FK-KMK UGM secara daring, Rabu (9/6).
Program RaKet (Masyarakat Beretika) dilatarbelakangi karena adanya gap pemahaman scientific dalam hubungan dokter dan pasien di masyarakat multi culture, non-western (seperti Indonesia). “Banyak konflik antara dokter dan pasien, banyak juga dokter dibohongi oleh pasiennya. Maka dari itu perlu adanya program untuk merekatakan kembali hubungan antara dokter dan pasien,” tegas Erlin.
Di samping itu juga, adanya gap komunikasi antara dokter dan pasien, perbedaan budaya, kurangnya kepercayaan antara dokter dan pasien selama pandemi dalam penyampaian informasi, dan adanya perkembangan teknologi sehingga meminimalkan interaksi.
Tujuan dari program RaKet ini adalah untuk merekatkan hubungan dan menumbuhkan rekonsiliasi saling percaya dokter-pasien pada masa Covid-19 sehingga terwujudnya budaya masyarakat sehat dan masyarakat beretika (RaKet).
Erlin menjelaskan adanya gap bisa terjadi karena adanya perbedaan pemahaman pengetahuan antara dokter dan pasien tentang tubuh manusia. Dokter menilai tubuh secara fisik, sedangkan pasien menilai tubuh secara sosial kultural. “Masyarakat Indonesia Sebagian besar mencari rasa nyaman ketika berobat, terutama masyarakat Jawa. Dokter berpikir secara rasional, sedangkan pasien berpikir dengan mengandalkan rasa,” ungkapnya.
Program RaKet menggunakan pendekatan culture. Kegiatannya berasal dari fenomena sosial dengan tujuan adanya perbaikan institusi sosial. Sehingga solusi yang didapatkan berasal dari pengetahuan terkait budaya pasien berada dengan melihat masalah dari berbagai aspek. “Program raket juga akan mengambil program patient care, akan segera dimulai. Cara yang digiatkan adalah dengan melakukan binaan di kelurahan Tegalrejo, melakukan forum grup discussion (FGD) dan in depth interview pada tenaga kesehatan di RS Sardjito dan Rumah Sakit Akademik UGM. Kemudian mengidentifikasi masalah dan isu etik,” jelas Erlin.
“Kami berharap dapat meningkatkan kesehatan pasien selama pandemi, menguatkan hubungan antara dokter dan pasien tidak hanya secara kultural tetapi juga secara etik,” harapnya. (Arif AR/Reporter)
Untuk menyimak diskusi selengkapnya di link: https://youtu.be/t4EoGvWuv_Q