FK-KMK UGM. Mahasiswa Program Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, dr. Fachriani Putri, MKM melaksanakan Ujian Terbuka dengan judul “Pengaruh Pemberian Sari Kacang Hijau dengan Prebiotik dan Tablet Besi Terhadap Status Besi Remaja Putri dengan Anemia Defisiensi Besi” pada Kamis (14/09) di Auditorium Lantai 8 Gedung Pascasarjana Tahir Foundation FK-KMK.
dr. Fachriani Putri memaparkan bahwa anemia pada remaja putri perlu mendapat perhatian karena berdampak hingga masa mendatang. Remaja putri yang saat ini mengalami anemia berdampak pada daya tahan tubuh, fungsi kognitif, hingga prestasi akademik. Jika tidak ditangani secara baik, nantinya berdampak pada kualitas hidup calon ibu tersebut serta bayi yang dikandungnya.
Kacang hijau (Vigna radiata) merupakan salah satu jenis kacang-kacangan yang mengandung zat gizi makro dan zat gizi mikro yang bermanfaat bagi kesehatan. Kandungan protein dalam 100 gram kacang hijau antara 20,97-31,32%, dan kaya akan asam amino esensial seperti isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan, valin, dan histidin serta asam amino nonesensial seperti asam glutamat, glutamin dan arginine.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan Randomized Controlled Trial-single blind. Subjek penelitian dibagi dua kelompok secara randomisasi menggunakan aplikasi random.org. Kelompok perlakuan diberikan sari kacang hijau dengan prebiotik dan tablet besi. Kelompok kontrol diberikan tablet besi dan air gula Jawa. Hasil analisis multivariat membuktikan bahwa pemberian sari kacang hijau dengan prebiotik dan tablet besi meningkatkan kadar hemoglobin 1 g/dL lebih besar dibandingkan pemberian tablet besi dan air gula Jawa (p-value 0,014).
Peningkatan kadar hemoglobin dalam penelitian ini dapat disebabkan karena zat gizi makro (protein, serat pangan) dan zat gizi mikro (zat besi non-heme, zink, vitamin C) dalam kacang hijau, serta zat besi dalam tablet besi, yang penyerapannya di dalam tubuh ditingkatkan oleh prebiotik (Inulin) yang ditambahkan ke dalam sari kacang hijau.
dr. Fachriani Putri menyimpulkan pemberian sari kacang hijau dengan prebiotik dan tablet besi meningkatkan kadar hemoglobin 1 g/dL lebih besar dibandingkan pemberian tablet besi dan air gula Jawa. Selain itu dapat meningkatkan kadar feritin serum yang secara klinik signifikan, namun secara statistik tidak signifikan, serta menurunkan jumlah retikulosit yang secara klinik dan statistik tidak signifikan.
Beliau juga menyarankan untuk adanya penelitian lain terkait pengukuran serum C-Reactive Protein untuk mengetahui apakah terdapat inflamasi yang dapat menjadi variabel perancu terhadap peningkatan kadar ferritin serum, serta dilakukan analisis cost effectiveness ratio dari pemberian sari kacang hijau dengan prebiotik sebelum diambil kebijakan untuk mengaplikasikannya sebagai program kesehatan masyarakat untuk pencegahan dan penanggulangan anemia defisiensi besi.
Penelitian ini memiliki implikasi penting dalam mendukung pencapaian beberapa target SDGs terkait dengan tujuan 2 dan 3 yaitu pemberantasan kelaparan dan kesehatan dan kesejahteraan yang baik. (Sitam/Humas. Editor: Lia Rahmawati)