Peneliti UGM Gelar Deteksi Dini RI-GHA COVID-19 di Sleman

FK-KMK UGM. Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM bersama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, dan Pemerintah Kabupaten Sleman menggelar pembukaan kegiatan deteksi dini Covid-19, Kamis (18/6) di Puskesmas Melati 2, Sleman. Deteksi dini yang akan dilakukan di 25 Puskesmas dan 76 dusun ini menggunakan Republik Indonesia Gadjah Mada Hepatika Airlangga, atau yang dikenal dengan RI-GHA COVID-19, merupakan hasil karya peneliti dalam negeri termasuk FK-KMK UGM.

Kegiatan deteksi dini  untuk tenaga kesehatan puskesmas dan komunitas di Kabupaten Sleman secara umum bertujuan untuk mengetahui status Covid-19 tenaga kesehatan,  sehingga fasilitas pelayanan kesehatan terbebas dari stigma dan memastikan keamanan pelayanan bagi masyarakat umum. Sedangkan deteksi dini di tingkat komunitas, diperlukan untuk mendapatkan informasi primer tentang status imunitas masyarakat yang bisa dipakai sebagai penyusunan landasan kebijakan Covid-19 selanjutnya.

“Apa yang dilakukan hari ini merupakan salah satu hal strategis dengan melakukan tes di seluruh puskesmas di wilayah Sleman. Harapannya agar status keamanan puskesmas dalam menjaga kesehatan mampu dikenal masyarakat, sehingga mereka tidak takut untuk berkunjung ke puskesmas terdekat. Hal ini penting mengingat bahwa problem wabah bukan hanya karena wabah itu sendiri, namun karena keterbatasan akses masyarakat ke fasilitas kesehatan. Akibatnya, banyak masalah kesehatan yang tidak tertangani dengan baik,” papar Dekan FK-KMK UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., PhD., SpOG(K).

Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UGM, drg. Ika Dewi Ana, M.Kes., PhD., mengapresiasi inovasi peneliti FK-KMK UGM beserta tim peneliti lain, bahwa dalam kondisi pembatasan maksimal para peneliti UGM tetap berkarya.

Bupati Sleman, Drs. H. Sri Purnomo, MSi juga mengucapkan terima kasih kepada tim peneliti atas inovasi yang bisa dimanfaatkan untuk masyarakat luas. Bupati Sleman berharap agar alat rapid test RDT-GHA Covid-19 dapat diperbanyak sesuai dengan standar WHO.  “Covid itu ada di mana-mana, namun kita bisa beraktifitas dengan tetap menjaga kebersihan dan mematuhi protokol kesehatan. Dengan adanya deteksi dini ini juga bisa memberikan rasa aman pada mahasiswa di Yogyakarta,” ujarnya.

Ketua Tim Peneliti UGM yang juga Guru Besar FK-KMK UGM, Prof. dr. Sofia Mubarika Haryana, M.Med.Sc., PhD., mengungkapkan bahwa inovasi uji diagnosis cepat (rapid diagnostic test/ RDT) Covid-19 tersebut berbasis antibodi untuk mendeteksi IgM dan IgG yang diproduksi oleh tubuh sehingga mampu melawan Covid-19. Dirinya juga menambahkan bahwa selain untuk deteksi dini, alat ini juga mampu digunakan untuk memonitor OTG, ODP, PDP maupun pasca infeksi.

Saat dikonfirmasi mengenai kelebihan alat, Prof. Rika menyampaikan bahwa selain biaya murah, alat rapid test ini bisa mendeteksi cepat dalam rentang 5-10 menit, mudah, praktis, spesifik, dan memiliki tingkat sensitifitas tinggi.

“Semoga dengan adanya RI-GHA Covid-19 di fasilitas layanan kesehatan dan komunitas maka tidak ada lagi pasien yang terlambat ditangani. Bahkan, saat ini Departemen kesehatan sudah memesan 2 juta alat, yang di awal dulu baru kami produksi 10 ribu,” ungkapnya. (Wiwin/IRO)

Berita Terbaru