FK-KMK UGM. Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan melakukan diskusi terkait penanganan POP (Pelvic Organ Prolapse) pada Jumat (23/9) kemarin. POP adalah keadaan ketika satu atau lebih organ di panggul turun dari posisinya dan menonjol ke dalam vagina.
Diskusi ini disampaikan oleh guest lecturer, Prof. Jittima Manonai Bartlett, OBGYN, M.D, M.H.M dari Chiang Mai University Thailand dalam kegiatan Jogja Pelvic Floor Meet the Expert IV yang diselenggarakan secara hybrid.
Prof. Jittima menjelaskan bahwa ada 6 stages dalam kasus POP. Stage ini dimulai dengan tidak ada prolaps sama sekali hingga stage yang terakhir yaitu complete procidentia.
POP yang tidak ditangani dengan tepat akan menyebabkan terjadinya pelvic floor dysfunction (dasar panggul tidak berfungsi). “Ada latihan yang bisa dilakukan untuk mencegah dasar panggul tidak berfungsi akibat POP,” Prof. Jittima menambahkan.
Beliau juga menambahkan bahwa beberapa treatment yang bisa dilakukan oleh pasien POP adalah mengubah pola hidup menjadi lebih sehat, Pelvic Floor Muscle Training (PFMT), pessarium vagina, dan operasi.
Upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah POP terjadi antara lain mengidentifikasi wanita yang berisiko mengembangkan PFD di kemudian hari, mengenali faktor risiko baik yang terkait dengan kehamilan maupun tidak, serta dianjurkan untuk mulai melakukan strategi pencegahan selama kehamilan atau langsung pasca melahirkan dalam kelompok berisiko. (Nirwana/Reporter)