Penanganan Perdarahan Intraserebral Spontan (PIS) dengan tindakan Neuroendoskopi lebih aman dan mempunyai kesintasan lebih lama dibandingkan dengan tindakan Kraniotomi. Temuan ini disampaikan oleh Dr. dr. Arie Ibrahim, Sp.BS(K) dalam ujian doktor program studi Ilmu Kedokteran dan Kesehatan FK UGM. dr. Arie lulus dengan predikat sangat memuaskan.
Stroke masih merupakan masalah kesehatan utama baik di negara industri maupun di negara berkembang. Di negara berpenghasilan rendah sampai menengah, stroke merupakan penyebab kematian paling sering kedua setelah penyakit jantung iskemik dan 15-22% kematian dari semua pasien dengan stroke disebabkan oleh PIS serta hampir setengah dari pasien hidup mengalami cacat permanen. Berdasarkan Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Kemmenterian Kesehatan tahun 2013, prevalensi pasien stroke di Indonesia sebesar 7 orang dari 1000 penduduk. PIS di Surabaya 39% dan Malaysia berkisar 7,2%.
Kraniotomi adalah operasi pengeluaran PIS dengan membuka tulang cranium dan membuka duramater serta menembus parenkin otak. “Tindakan operasi ini akan mengurangi peningkatan tekanan intracranial, walaupun angka keberhasilannya tidak sebanding dengan lamanya operasi,” ungkap dr. Arie pada saat memaparkan disertasinya di hadapan para penguji.
Tindakan operasi evakuasi hematom pada PIS dengan menggunakan alat Neuroendoskopi belum banyak dikerjakan di Indonesia. Sejak tahun 2002 di RSUD AW Sjahranie Samarinda Kalimantan Timur, tindakan ini sudah mulai dikerjakan terutama untuk kasus PIS, juga pada pasien hodrosefalus obstruktif dan tumor intraventrikel. Selain itu, dr. Arie mulai melakukan operasi evakuasi hematom pada kasus PIS dengan working-channel transparan terbuat dari silastik yang berasal dari thoracic tube no 21F dan dipotong sesuai kebutuhan. “Harganya lebih murah daripada bahan keramik atau logam yang digunakan di Jepang, Eropa, Amerika atau China, dan juga bahan ini bersifat inert”, tambah beliau.
dr. Arie berharap Neuroendoskopi dapat digunakan pada operasi PIS di seluruh RS di Indonesia sehingga dapat membantu menurunkan angka kesakitan dan angka kematian pasien PIS. Serta hasil penelitian didapatkan lama operasi pada pasien dengan Neuroendoskopi lebih singkat dibanding dengan Kraniotomi dan perbaikan klinis sesudah tindakan Neuroendoskopi lebih baik. (Dian/IRO)