FK-KMK UGM. Demi melakukan persiapan terhadap potensi terjadinya pandemi di masa depan, Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM menyelenggarakan Hybrid Workshop Digital Twin for Health System Resilience pada Rabu (20/12) di Auditorium lantai Gedung Pascasarjana Tahir FK-KMK UGM. Acara ini untuk mendukung capaian SDG’s 17 yaitu Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.
Dekan FK-KMK UGM, Prof. dr. Yodi Mahendradhata, M.Sc., Ph.D., FRSPH hadir menjadi narasumber pertama dengan memaparkan hasil sidang PBB yang dihadirinya beberapa waktu lalu. Dalam sidang tersebut, secara tidak langsung PBB menyampaikan bahwa saat ini kita telah mulai hidup di era pandemi. Untuk itu, kesiapsiagaan adalah kunci utama dalam penanganan pandemi di masa depan.
“Saat kasus Covid-19 pertama muncul di Indonesia, Kemenkes meminta arahan kepada kami apakah harus melakukan lockdown di Jakarta atau tidak. Kemenkes butuh jawaban cepat, sedangkan tim kami tidak bisa memberikan jawaban langsung karena kurangnya data. Setelah melakukan diskusi bersama tim selama beberapa hari, akhirnya kami meluncurkan Modelling of Jakarta Lockdown April 2020,” jelas Prof. Yodi. Model tersebut masih sangat kasar karena belum ada data yang cukup untuk bisa dijadikan acuan.
Menurut Prof. Yodi, terdapat 4 refleksi dari pengambilan keputusan untuk penanganan Covid-19, yaitu antisipasi melalui simulasi, pengambilan keputusan secara langsung, kolaborasi yang resilien, serta edukasi yang adaptif.
Hadir pula Dr. Souvik Barat dari TCS Research India dan Dr. Tuan Le dari Middlesex University memberikan paparan mengenai Digital Twin dalam penanganan pandemi Covid-19. Digital Twin merupakan representasi digital dari objek fisik, orang, atau proses, yang dikontekstualisasikan dalam versi digital dari lingkungannya. Teknologi ini dapat membantu organisasi membuat simulasi situasi nyata dan hasilnya sehingga memungkinkan organisasi membuat keputusan yang lebih baik.
Dr. Tuan Le menjelaskan beberapa fitur utama Digital Twin yang dapat digunakan dalam penanganan pandemi. Digital Twin memiliki kecerdasan jarak jauh untuk mengoperasikannya sehingga pelaksanaan simulasi menjadi lebih praktis. Teknologi ini telah dilengkapi juga dengan kecerdasan buatan yang dapat melakukan olah data hasil simulasi.
Menurut Dr Souvik, antisipasi, prevensi, dan pemulihan pasca pandemi merupakan 3 hal yang perlu diperhatikan untuk mewujudkan sistem kesehatan yang resilien. Ketiga hal tersebut bisa terwujud apabila para peneliti bisa memanfaatkan Digital Twin dengan maksimal. (Nirwana/Reporter. Editor: Andhy Setyo Nugroho)