Pemimpin Komunitas dan Agama Dianggap Berperan Strategis dalam Meningkatkan Cakupan Vaksinasi

FK-KMK UGM. Peran pemuka agama dan tokoh komunitas menjadi sorotan utama dalam upaya peningkatan cakupan vaksinasi di Indonesia. Topik ini menjadi inti dalam Seminar Rabuan yang digelar oleh Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan, dan Kedokteran Sosial Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM) bekerja sama dengan Kanal Pengetahuan FK-KMK UGM, Rabu (4/6). Kegiatan ini menghadirkan akademisi, peneliti, mahasiswa pascasarjana, serta praktisi kesehatan masyarakat dari berbagai daerah dalam forum diskusi yang mendalam.

Seminar bertema “Peran Pemimpin Komunitas dan Agama dalam Penerimaan Vaksinasi di Indonesia: Pembelajaran dari COVID-19 dan Imunisasi Anak” ini menampilkan dua narasumber yang mempresentasikan hasil studi kualitatif. Peneliti dari University of Sydney, Adeline Tinessia, dalam paparannya berjudul “I became a bridge”, mengungkap bagaimana pemimpin komunitas dan tokoh agama memainkan peran vital sebagai jembatan antara kebijakan vaksinasi pemerintah dan masyarakat. Mereka tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga membantu membangun kepercayaan, meluruskan kesalahpahaman, dan mendukung logistik vaksinasi di akar rumput.

Presentasi kedua disampaikan oleh Dr. Retna Siwi Padmawati (FK-KMK UGM), yang memaparkan peran tokoh agama dalam kampanye vaksin rotavirus di Yogyakarta. Temuannya menunjukkan adanya keterbukaan pemimpin komunitas setelah mendapatkan informasi memadai, meskipun awalnya masih terdapat kekhawatiran terhadap kandungan vaksin. Sertifikasi halal dan subsidi pemerintah menjadi dua faktor utama yang memengaruhi penerimaan masyarakat.

Hingga Maret 2025, cakupan vaksinasi rotavirus di Indonesia baru mencapai 5,4 persen dari target 16 persen. Oleh karena itu, kedua studi tersebut merekomendasikan keterlibatan aktif pemuka agama dan komunitas sejak awal, penyampaian informasi yang tepat sasaran, serta distribusi vaksin yang terjangkau atau gratis. Seminar ini menegaskan pentingnya pendekatan sosial dan kultural dalam strategi kesehatan publik. Keterlibatan pemimpin komunitas dan agama dinilai sebagai kunci keberhasilan program imunisasi yang inklusif dan berkelanjutan.

Kegiatan ini sekaligus menjadi wujud nyata kontribusi FK-KMK UGM dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, SDG 4: Pendidikan Berkualitas, SDG 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur, dan SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan, dengan mendorong kolaborasi lintas sektor demi terciptanya sistem kesehatan yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat.(Kontributor: Zilfani Fuadiyah Haq/ Editor : Ari Prayogo Pribadi).