Pembelajaran dari Forum Internasional untuk Penguatan Sistem Kesehatan

FK-KMK UGM. Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK-KMK UGM mengadakan kegiatan Seminar Rabuan bertajuk ‘Talkshow: Sharing Pembelajaran dari Global Symposium on Health System Research (HSR) 2024, International Society for Quality in Health Research (ISQua) 2024, dan Global Digital Health Forum 2024’. Kegiatan ini berlangsung pada Rabu (18/12) secara bauran, dengan sesi luring berlangsung di Ruang U.25 Gedung Tahir Lt. 2 Sayap Utara.

Dimoderatori oleh Mentari Widiastuti, S.Farm., Apt., MPH, narasumber pada kegiatan talkshow ini membagikan pengalaman mereka dalam konferensi dan simposium internasional yaitu Global Symposium on Health System Research (HSR) 2024,  International Society for Quality in Health Research (ISQua) 2024, dan Global Digital Health Forum 2024.

Kepala PKMK FK-KMK UGM, Dr. dr. Andreasta Meilala, M.Kes., MAS, dalam sambutannya menyampaikan bahwa topik yang dibahas dalam forum internasional tersebut sangat relevan dengan tantangan kesehatan di Indonesia. “Isu-isu dalam konferensi ini sangat relate dengan situasi di negara kita. Tantangan sistem kesehatan bukan hanya pada penyakit baru, tetapi juga bagaimana sistem ini tetap berfungsi baik dalam situasi konflik, baik yang sedang terjadi maupun berisiko terjadi,” ujarnya.

Global Symposium on Health System Research (HSR) 2024

Shita Listya Dewi, S.IP., MM., MPP, peneliti PKMK FK-KMK UGM dan dr. Likke Prawidya Putri, MPH., Ph.D.,  Dosen Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK-KMK UGM, berbagi pengalaman mereka dari HSR 2024 yang berlangsung di Nagasaki. Forum ini menjadi wadah untuk mempertemukan peneliti, pembuat kebijakan, dan praktisi komunitas dalam membahas penguatan sistem kesehatan global.

Shita menekankan bahwa konferensi ini memberikan manfaat besar dalam membangun jaringan profesional, berdiskusi dengan lembaga donor, dan bertemu editor jurnal. “Ada empat pembelajaran utama yang kami peroleh yaitu penguatan sistem kesehatan global, peningkatan keadilan dan inklusivitas, kerangka kebijakan kesehatan yang berkelanjutan, serta pengembangan ilmu pengetahuan berbasis bukti,” ungkap Shita.

dr. Likke menambahkan pentingnya memetakan kompetensi untuk memperkuat sistem kesehatan, terutama di era transformasi digital. “Ada empat aspek utama yang harus diperhatikan: pengetahuan, keterampilan, kemampuan, dan sikap. Kompetensi ini penting untuk menilai performa sistem kesehatan, seperti perlindungan finansial dan kesetaraan kesehatan, khususnya di negara-negara berkembang,” jelas dr. Likke.

International Society for Quality in Health Research (ISQua) 2024

dr. Muhammad Hardhantyo Puspo Wardoyo, MPH., Ph.D., FRSPH, Kepala Divisi Manajemen Mutu PKMK FK-KMK UGM, berbagi pembelajaran dari ISQua 2024 yang berlangsung di Istanbul. Forum ini menghubungkan pemangku kebijakan, lembaga akreditasi, akademisi, praktisi, dan peneliti dalam membahas berbagai aspek peningkatan mutu dan keselamatan pasien.

Topik yang dibahas mencakup delapan isu utama, seperti keselamatan pasien, co-production dalam pelayanan kesehatan, transformasi digital, hingga perubahan iklim. dr. Hardhantyo menyoroti pentingnya keselamatan pasien dan perlindungan terhadap tenaga kesehatan. “Budaya kesehatan perlu berubah dari blaming dan punishment menjadi kolaborasi dan peningkatan berbasis kepemimpinan. Transformasi budaya ini sangat penting untuk menciptakan sistem kesehatan yang lebih aman dan berkualitas,” papar dr. Hardhantyo.

Global Digital Health Forum 2024

Anis Fuad, S.Ked., DEA, berbagi pengalamannya dari Global Digital Health Forum 2024 yang diadakan di Nairobi, Kenya. Forum ini menjadi ajang berkumpulnya berbagai pemangku kepentingan di bidang kesehatan digital, termasuk pemerintah, pengembang teknologi, peneliti, donor, dan pelaksana.

Anis menekankan tiga peran penting akademisi dalam kesehatan digital. Pertama, memastikan alat dan inovasi digital benar-benar efektif dan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Kedua, mengevaluasi apakah investasi dalam teknologi digital menghasilkan dampak yang diinginkan. Ketiga, mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan atau ditinggalkan berdasarkan bukti lapangan.

Menutup acara, Dr. Andreasta menyimpulkan bahwa pembelajaran dari tiga forum ini membawa manfaat besar, terutama bagi kelompok-kelompok yang termarjinalkan. “Manfaat dari penguatan sistem kesehatan, pengelolaan mutu, dan kesehatan digital tidak hanya untuk kelompok besar, tetapi juga bisa dirasakan oleh kelompok-kelompok yang marginalized,” tegas Anis.

Keikutsertaan dalam forum-forum internasional ini merupakan salah satu upaya FK-KMK dalam mendukung tercapainya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Beberapa target SDGs yang relevan mencakup SDG 1 Tanpa Kemiskinan, SDG 3 Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan, SDG 4 Pendidikan Berkualitas, SDG 5 Kesetaraan Gender, SDG 9 Inovasi dan Infrastruktur, SDG 10 Pengurangan Ketimpangan, SDG 13 Penanganan Perubahan Iklim, SDG 16 Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh, serta SDG 17 Kemitraan untuk Tujuan (Reporter/Fauziah Nurhasanah).