FK-KMK UGM. Prince Mahidol Award Conference (PMAC) 2025 kembali digelar dengan menghadirkan berbagai inovasi dan diskusi mendalam tentang pemanfaatan teknologi digital dalam dunia kesehatan. Konferensi yang berlangsung di Bangkok ini dibuka secara resmi oleh HRH Princess Maha Chakri Sirindhorn dan menjadi forum bagi para ahli kesehatan global untuk berbagi gagasan mengenai bagaimana kecerdasan buatan (AI) dan teknologi digital dapat mengoptimalkan pelayanan kesehatan.
PMAC merupakan ajang tahunan yang memberikan penghargaan kepada tokoh-tokoh berpengaruh dalam bidang medis dan kesehatan masyarakat. Sejak pertama kali diadakan 19 tahun lalu, penghargaan ini telah diberikan kepada 32 ilmuwan dunia, termasuk enam penerima Nobel. Tahun ini, penghargaan diberikan kepada dua ilmuwan yang telah memberikan kontribusi besar dalam inovasi kesehatan global: Prof. Tony Hunter dari Salk Institute for Biological Studies, Amerika Serikat, serta Prof. Jonathan Shepherd dari Cardiff University, Inggris.
Prof. Tony Hunter dikenal atas penemuannya terhadap tyrosine kinase, enzim abnormal yang mendorong pertumbuhan sel kanker. Temuan ini menjadi dasar pengembangan targeted inhibitor sebagai terapi kanker yang revolusioner sejak tahun 2001. Sementara itu, Prof. Jonathan Shepherd mengembangkan Cardiff Model, sebuah pendekatan berbasis data untuk mengintegrasikan informasi dari unit gawat darurat rumah sakit dengan data kepolisian guna mengatasi dan mencegah kekerasan. Model ini menjadi solusi inovatif dalam menangani kasus kekerasan yang sering kali tidak dilaporkan ke pihak berwenang.
Tema utama PMAC 2025 menyoroti bagaimana teknologi digital, termasuk AI dan genomic sequencing, dapat membantu menata ulang layanan kesehatan global. Perkembangan telehealth yang semakin pesat sejak pandemi COVID-19 menunjukkan bahwa teknologi dapat memainkan peran penting dalam meningkatkan akses layanan medis, mengurangi ketimpangan, dan memperkuat sistem kesehatan masyarakat. Dengan semakin luasnya penggunaan big data dalam dunia medis, peluang untuk meningkatkan pengalaman pasien dan efektivitas layanan kesehatan pun semakin terbuka.
Media sosial juga diakui sebagai alat yang mampu meningkatkan kesadaran kesehatan masyarakat serta membangun gerakan sosial untuk perbaikan sistem kesehatan. Penggunaan teknologi digital di berbagai aspek pelayanan kesehatan, mulai dari pencegahan hingga pengobatan, mendukung pencapaian Cakupan Kesehatan Universal (Universal Health Coverage/UHC) yang menjadi salah satu tujuan utama dalam SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera dan SDG 4: Pendidikan Berkualitas.
Namun, meskipun teknologi menjanjikan kemajuan besar, tantangan dalam implementasinya tetap ada. Salah satu kekhawatiran utama adalah ketimpangan akses terhadap teknologi digital, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah selaras dengan SDG 10: Berkurangnya Kesenjangan. Banyak populasi miskin masih belum memiliki akses ke perangkat digital dan internet, sehingga kesenjangan dalam pemanfaatan teknologi kesehatan semakin melebar. Selain itu, isu privasi, keamanan data, serta risiko bias algoritma AI yang dapat memperburuk ketidaksetaraan dalam pelayanan kesehatan juga menjadi topik yang dibahas dalam PMAC tahun ini agar sejalan dengan SDG 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur.
Negara-negara berkembang menghadapi tantangan unik dalam mengadopsi teknologi digital untuk kesehatan. Diperlukan transfer teknologi dari negara maju ke negara berkembang guna memastikan bahwa inovasi digital dapat digunakan secara efektif dan inklusif. Pengalaman dalam distribusi vaksin COVID-19 menunjukkan bahwa kolaborasi global sangat penting dalam pemanfaatan teknologi kesehatan. Oleh karena itu, penerimaan dan kesiapan tenaga kesehatan dalam mengadopsi teknologi baru juga menjadi aspek krusial yang perlu diperhatikan. Hal ini sejalan denga SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.
Dengan diskusi yang mendalam serta partisipasi berbagai pihak dari akademisi, praktisi, dan pembuat kebijakan, PMAC 2025 menjadi wadah penting dalam merancang masa depan layanan kesehatan berbasis teknologi digital. Diharapkan, hasil dari konferensi ini dapat memberikan dampak nyata dalam meningkatkan akses kesehatan, mengurangi ketimpangan, dan mendorong inovasi di sektor medis global. (Kontributor: Shita Listyadewi/ Editor: Widarti).