Pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) di Perkuliahan: Opportunities and Pitfalls.

FK-KMK UGM. Pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) di sektor pendidikan diprediksi akan membawa transformasi yang revolusioner. Di perguruan tinggi, penggunaan AI menawarkan potensi untuk meningkatkan efisiensi dan aksesibilitas. Sebagai contoh, salah satu kemampuan AI ialah untuk memproses dan menganalisis data dalam jumlah besar dan menemukan pola dengan cepat. Selain itu, dalam konteks pembelajaran, AI dapat membantu sivitas kampus dalam menemukan sumber-sumber belajar atau referensi, mengakses sumber daya pendidikan tanpa terikat oleh batasan tempat dan waktu.

Selain peluang, penerapan AI di lingkungan perkuliahan juga menyimpan jebakan yang serius. Pertama, ada kekhawatiran tentang etika dan privasi data. Penggunaan AI seringkali melibatkan pengumpulan data pengguna, seperti perilaku, preferensi, dan data pribadi lainnya. Sayangnya, belum semua dosen mengikuti perkembangan AI yang sangat cepat. Diskusi tentang pemanfaatan AI di perkuliahan menjadi suatu hal yang mendesak, dalam upaya untuk mengoptimalkan peluang dan menjawab tantangan dari penerapan teknologi ini dalam kegiatan perkuliahan, maka dari itu Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan, dan Kedokteran Sosial pada hari Kamis (24/08) mengadakan workshop bertema “Pemanfaatan AI di Perkuliahan: Opportunities and Pitfalls”.

Hadir sebagai narasumber adalah dr. Fatwa Sari Tetra Dewi, MPH., Ph.D dan Aditya Lia Ramadona, Ph.D yang merupakan dosen di Departemen Perkesling. Seperti yang dijelaskan oleh Aditya Lia Ramadona, Ph.D, adopsi AI di bidang kesehatan sebenarnya telah mulai dilakukan sejak awal AI diperkenalkan di awal tahun 1950-an. Namun, perhatian saat ini semakin besar khususnya pada Generative AI, suatu cabang AI yang berfokus pada penciptaan konten baru seperti gambar, suara, dan teks. ChatGPT merupakan salah satu contoh aplikasi Generative AI berdasarkan pendekatan Large Language Models, yang dikembangkan oleh OpenAI. Sejak pertama kali diperkenalkan, ChatGPT telah diterima dengan antusiasme yang besar, terutama di kalangan dunia pendidikan, termasuk mahasiswa.

ChatGPT memiliki potensi dalam berbagai aplikasi, termasuk dalam peran sebagai “tutor” bagi mahasiswa. Dengan kecerdasannya yang semakin mendekati interaksi manusia, ChatGPT dapat menjadi alat pembelajaran yang efektif. Mahasiswa dapat berinteraksi dengan ChatGPT untuk mendapatkan penjelasan atau jawaban atas pertanyaan mereka terkait materi kuliah. Namun, seperti banyak teknologi lainnya, penggunaan ChatGPT juga memiliki potensi tantangan dan risiko. Jika disalahgunakan, aplikasi ini bisa menjadi bumerang. Misalnya, jika mahasiswa mengandalkan ChatGPT sebagai satu-satunya sumber belajar tanpa usaha pemahaman yang cukup, mereka dapat kehilangan kemampuan kritis dalam pemrosesan informasi dan analisis mandiri. Mereka mungkin cenderung bergantung pada ChatGPT tanpa benar-benar memahami materi yang dipelajari.

Dengan frekuensi pengguna yang sangat tinggi, hal ini menjadi tantangan baru yang dihadapi oleh berbagai sektor, tidak terkecuali sektor akademis untuk mengadopsi AI di pembelajarannya dengan benar dan tetap menjunjung tinggi integritas akademik. dr. Fatwa Sari Tetra Dewi, MPH., Ph.D menjelaskan cara terbaik untuk menggunakan Chat GPT dalam ruang akademik. Contohnya sebagai asisten peneliti, brainstorming, penulisan kerangka tulisan, pembuatan sitasi, dan tentu saja memahami konsep yang belum kita ketahui. Namun sangat penting untuk mengklarifikasi informasi yang didapatkan dari AI melalui sumber akademik yang resmi. Serta perlu diingat bahwa AI bukanlah pengganti untuk berpikir kritis, penelitian individu dan bimbingan dari dosen atau instruktur. Tetap mengikuti pedoman penggunaan AI yang baik dan benar agar penulisan yang dihasilkan terjauhi dari plagiarisme.

Dalam konteks pilar-pilar Sustainable Development Goals (SDGs), pemanfaatan AI dalam pendidikan dapat mendukung beberapa target, termasuk SDG 4: Pendidikan Berkualitas, dengan memperluas akses dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Selain itu, penggunaan AI yang bijak juga mendukung SDG 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur, dengan mendorong inovasi dalam teknologi pendidikan.

Dengan memanfaatkan AI untuk meningkatkan kualitas penulisan kita tentu akan membawa kemudahan dan banyak peluang bagi kita, namun tidak kalah pentingnya bagi kita untuk menyadari tantangan yang diberikannya. Perlu sadar akan do’s and don’ts saat menggunakannya untuk pembelajaran. (Kontributor: Department HBES. Editor: Fitri Umiatun)