Peduli Penderita Muscular Dystrophy

FK-KMK UGM.Meningkatkan kepedulian terhadap penatalaksanaan maupun pasien Duchenne Muscular Dystrophy (DMD) menjadi semangat penyelenggaraan Symposium and Workshop Muscular Dystrophy, Kamis (19/9) di auditorium gedung Pascasarjana Tahir Foundation, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK UGM).

Kegiatan yang dibuka secara resmi oleh Wakil Dekan Bidang  Penelitian FK-KMK UGM, dr. Yodhi Mahendradhata, MSc., PhD., ini juga menghadirkan 2 pakar dari National University of Singapore (NUS), Prof. Lai Poh San dan Dr. Liu Chun Ping.

“Kegiatan simposium dan workshop diharapkan bisa menjadi upaya kegiatan penguatan kapasitas penanganan Muscular Dystrophy. Sumber daya manusia dan alat memang sudah tersedia, tinggal bagaimana kita memaksimalkannya. Melalui forum ini kita akan banyak belajar,” ungkap ketua penyelenggara, dr. Gunadi, SpBA.

Dokter ahli Muscular Dystrophy FK-KMK UGM, Prof. dr. Sunartini, SpA(K)., PhD., mengungkapkan bahwa dokumentasi sejarah keluarga yang akurat merupakan bagian penting dari suatu assesmen genetika. “Metode terbaik untuk pencatatan itu adalah dengan membuat suatu family pedigree. Bahkan pencatatannya sampai 3 generasi,” imbuhnya saat memaparkan materi terkait temuan klinis DMD di Indonesia.

Menurut Prof. Sunartini, ada gejala yang khas dalam pemeriksaan klinis yang mengarah pada kasus DMD.Seperti halnya terdapat gejala kaki/betis bengkak, sementara anak tersebut kurus maupun adanya Gower’s sign atau kelemahan otot pinggul dan paha. “Ini sudah menjadi gejala yang patut diwaspadai, “ tegasnya.

Guru besar spesialis kesehatan anak FK-KMK UGM ini juga menambahkan bahwa untuk menangani pasien DMD memang diperlukan keterlibatan semua pihak, termasuk interprofesional team work. “Salah satu kendala yang masih muncul dalam penatalaksanaan DMD adalah terkait genetic counseling, hal ini seringkali masih memunculkan perdebatan. Kita masih harus memperjuangkannya,” pungkasnya.  (Wiwin/IRO)