Otonomi vs Paternalisme: Mana yang Lebih Baik?

FK-KMK UGM. Center for Bioethics and Medical Humanities (CBMH) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM menyelenggarakan Raboan Perspective Sharing dengan judul “Autonomy vs Paternalism” pada Rabu (17/5) melalui zoom meeting.

Dalam diskusi kali ini, Prof. Hans Van Rostenberghe dari University Sains Malaysia hadir memaparkan topik “Autonomy: Are there Limits? Should We Follow the British?”. Menurut Prof. Hans, otonomi menjadi salah satu pilar dalam etika medis, dengan pilar lainnya yaitu kemurahan hati, non-maleficence, serta keadilan dan kejujuran.

“Dalam prinsip otonomi, dokter mempunyai kewajiban untuk menyampaikan semua informasi kepada pasien, memberi mereka pilihan, kemudian menyerahkan keputusan kepada pasien tanpa memberi tekanan ke pilihan tertentu,” terang Prof. Hans.

Sedangkan dalam prinsip paternalisme medis, dokter dianggap lebih mengetahui dan mampu untuk mengobati atas penyakit yang diderita oleh pasien. “Dalam prinsip ini, pasien tidak memiliki pilihan karena dokter dianggap mengetahui pilihan terbaik dalam melakukan tindakan,” tambah Prof. Hans.

Menurut Prof. Hans, tenaga medis tidak bisa menjadi hitam dan putih dalam mempraktikkan pilar etika medis. Semua tergantung kondisi masing-masing pasien, setiap kondisi butuh penyesuaian dalam tindakan. “Dalam kasus tertentu, otonomi bisa diberikan kepada pasien sepenuhnya, namun dalam kondisi lain dokter perlu mengarahkan pilihan pasien karena ia tahu apa yang terbaik untuk pasien,” jelas Prof. Hans. (Nirwana/Reporter)

Berita Terbaru