FK-KMK UGM. Rapat Terbuka Senat dalam rangka Dies Natalis ke-78 Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM) mengangkat tema Menjaga Harmoni, Mendorong Inovasi. Rapat Terbuka Senat diselenggarakan sebagai puncak acara perayaan Dies Natalis ke-78, terdapat agenda utama di dalamnya, salah satunya orasi ilmiah oleh perwakilan Sekretariat Nasional SDG’s. Pungkas Bahjuri, S. TP, MS, Ph. D., staf Ahli Bidang Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Bappenas selaku perwakilan Kepala Sekretariat Nasional SDG’s menyampaikan orasi ilmiahnya yang bertajuk Peran Strategis Institusi Pendidikan Tinggi dalam Akselerasi Pencapaian SDG’s dan Indonesia Emas di Auditorium FK-KMK UGM, Selasa (5/3).
Indonesia memiliki rencana pembangunan strategis berkelanjutan, yakni Indonesia Emas 2045 dengan tujuan utama mencetak generasi sehat, cerdas, dan terlindungi. Namun demikian, fakta di lapangan menunjukkan bahwa layanan dasar masyarakat bahkan masih belum terpenuhi dengan baik, pernyataan ini tercermin dari berbagai indikator seperti kualitas sanitasi, ketercapaian angka vaksin dan imunisasi, prevalensi stunting, hingga rata-rata pendidikan terakhir. Untuk itu, peran transformasi pilar sosial menjadi penentu bagaimana fasilitas dasar dapat terpenuhi dengan baik untuk menyongsong 5 tahun pertama tercapainya Indonesia maju.
Untuk itu, ditetapkan visi transformasi pilar sosial, yakni kesehatan untuk semua. Visi ini mencerminkan jaminan atas akses sehat harus terjangkau untuk seluruh penduduk, seluruh siklus hidup, seluruh wilayah, dan seluruh golongan melalui semua tahap promotif, preventif, kuratif, hingga gizi secara komprehensif.
“Three key points of SDGs are harmonization of people, planet, and environment”, ungkap Pungkas.
Oleh karena itu, program dan kebijakan yang ditetapkan harus selaras dengan kebutuhan sosial dan material penduduk sebagai people dan berkelanjutan terhadap aspek kelestarian alam serta hayati (planet and environment). Dengan demikian, pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan harus berjalan beriringan tanpa meninggalkan salah satunya. No one left behind.
Pungkas juga menyampaikan bahwa saat ini Indonesia baru mencapai 15% dari total indikator 17 poin target capaian SDG’s. Angka yang cenderung kecil jika disandingkan dengan target SDG’s yang terkesan ambisius. Namun demikian, Indonesia termasuk dalam top performers diantara upper middle country dalam aspek ketercapaian target SDG’s. Di tahun 2023 lalu, Indonesia berhasil unggul dalam capaian bidang ekonomi, namun masih tertinggal pada capaian bidang sosial seperti ketersediaan akses air minum, sanitasi, vaksin, hingga angka stunting dan jaminan persalinan. Sebagai contoh, angka sebaran vaksin dan imunisasi masih stagnan di angka 70% dari total target penerima. Selain itu, Indonesia masih termasuk dalam 3 besar prevalensi kusta dan tuberkulosis tertinggi di dunia. Harapannya, tuberkulosis dan kusta dapat tereliminasi sebelum tahun capaian SDG’s 2030. Oleh karena itu, saat ini pilar sosial tengah menjadi poin prioritas.
Sebagai bagian dari rencana pembangunan strategis nasional, salah satu bentuk upaya percepatan SDG’s adalah dengan mendirikan SDG’s center di lebih dari 50 universitas Indonesia yang turut didukung dengan optimasi pembiayaan riset dan pengembangan IPTEK.
Sebagai bagian dari institusi pendidikan tinggi, baik akademisi, klinisi, hingga mahasiswa memiliki tanggung jawab untuk menempatkan kontribusi diri terbaik sesuai kompetensi. Selain itu, peran masyarakat sebagai motor penggerak diperlukan dalam memaksimalkan partisipasi masyarakat dalam melakukan layanan kesehatan primer, misalnya posyandu. Hal ini karena, dengan visi kesehatan untuk semua, artinya peran masyarakat bukan lagi menjadi konsumen faskes melainkan turut menjadi produsen dengan memelihara kesehatan mandiri sehingga faskes bukan lagi menjadi supply demand dengan tingkat disparitas akses akibat komersialisasi pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
FK-KMK UGM menjadi intitusi pendidikan terdepan dalam mencetak tenaga medis cekatan dan profesional untuk turut berperan serta dalam upaya percepatan SDG’s. Beberapa langkah penting diantaranya adalah dengan memberikan pelayanan kesehatan secara human centered sehingga bukan hanya terfokus pada pemenuhan kuantitas melainkan juga kualitas layanan kesehatan berbasis manusia. Untuk itu, saat ini institusi layanan fasilitas kesehatan tengah mengoptimalkan investasi faskes primer, yakni posyandu, puskesmas, rumah sakit, dan laboratorium sehingga penyelenggaraan layanan kesehatan menjadi lebih murah dan terjangkau.
Tugas utama institusi pendidikan tinggi, dalam hal ini spesifik pada sektor kesehatan, ialah riset, pendidikan, dan pengabdian masyarakat dengan memastikan bahwa seluruh inovasi dan kebijakan ditetapkan sesuai dengan evidence-based yang terstandar. Institusi pendidikan memiliki power untuk mengawasi dan mengkritisi perumusan kebijakan untuk tetap berbasis ilmiah. Karena pada akhirnya, kunci utama keberhasilan percepatan SDG’s kembali pada harmonisasi antara kebijakan, kebutuhan, dan implementasi 3 faktor kunci people, planet, and environment, dimana institusi pendidikan wajib untuk bersedia menjadi bagian dari leadership pembangunan kesehatan dengan regulasi dan policy yang harmoni. (Assyifa/Reporter)