FK-KMK UGM. Melakukan olahraga saat puasa merupakan hal yang penting untuk tetap menjaga kesehatan agar tetap bahagia dan bugar. Bahkan, banyak pakar kesehatan yang menganjurkan untuk tetap aktif bergerak meski sedang menjalaniibadah puasa.
Hal serupa juga disampaikan oleh Dr. dr. Zaenal Muttaqien Sofro, AIFM, seorang pakar fisiologi dari Departemen Fisiologi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada dalam siaran bincang-bincang santai RAISA dengan topik “Olahraga yang Baik Saat Berpuasa untuk menjaga Kebugaran Tubuh dan Kesehatan Secara Optimal”, Selasa (5/4).
Beliau mengatakan bila tubuh kurang bergerak di masa Covid-19 dan Ramadan ini, justru malah akan memperbesar resiko terkena berbagai penyakit, termasuk terinfeksi virus korona.
“Ada lima hal yang perlu diperhatikan saat melakukan olahraga di bulan ramadhan, pertama adalah waktu olahraga, jenis olahraga, asupan makanan yang diperlukan, memperbanyak minum dan memperhatikan jam tidur”, ungkap beliau.
Terkait dengan waktu olahraga, beliau menyarankan agar olahraga dapat dilakukan saat menjelang berbuka puasa. Sekitar 30-60 menit menjelang berbuka karena mendekati waktu makan. Sehingga tubuh dapat segera mendapat asupan energi kembali.
“Mengenai jenis olahraga yang dapat dilakukan saat bulan puasa sangat bermacam-macam. Pada dasarnya sesuaikan dengan kemampuan tubuh masing-masing namun tidak dalam intensitas tinggi. Lakukan jenis olahraga intensitas ringan sampai sedang, seperti berjalan, jogging, dan bersepeda”, jelasnya.
Saat Ramadan, tubuh diberi waktu dua kali untuk makan, yaitu saat sahur dan berbuka puasa (waktu maghrib). Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh. Karbohidrat dapat mengembalikan kadar glukosa darah yang menurun saat berpuasa. Makan makanan yang mengandung karbohidrat kompleks dan serat (yang memiliki indeks glikemik rendah) diperlukan karena membantu melepaskan energi secara perlahan sehingga energi dalam tubuh tidak cepat habis.
Disarankan untuk memakan makanan yang mengandung indeks glikemik rendah pada saat berbuka puasa bertujuan untuk meningkatkan cadangan karbohidrat. Jika mengonsumsi makanan yang mengandung indeks glikemik tinggi, maka kadar gula darah akan cepat meningkat tetapi akan cepat habis juga. Beberapa contoh makanan yang memiliki indeks glikemik rendah adalah singkong, ubi dan nasi merah.
Selain itu, dokter Zaenal juga menyarankan untuk mengkonsumsi cairan 1,5-2L setiap hari yang dapat diminum antara waktu berbuka puasa dan sahur untuk menghindari dehidrasi. Tidak kalah penting adalah memperhatikan waktu tidur. Untuk orang dewasa memerlukan waktu tidur sekitar 7-9 jam per hari. Waktu tidur yang kurang dapat mempengaruhi kinerja tubuh. Tidur siang mungkin kadang diperlukan untuk mempertahankan kondisi tubuh tetap sehat. (Yuga Putri/Reporter)