FK-KMK UGM. Bulan puasa bukan menjadi halangan bagi kita untuk tidak melakukan aktifitas fisik maupun olah raga. Tentunya kegiatan olahraga di bulan puasa berbeda dengan olahraga diluar bulan puasa. Hal yang perlu diperhatikan saat olahraga di bulan puasa adalah intensitas dan waktu olahraga. Olahraga yang tepat saat bulan puasa dibahas oleh narasumber pakar ilmu faal manusia dan fisiologi olahraga Departemen Fisiologi FK-KMK UGM, Dr. dr. Denny Agustiningsih, M.Kes., AIFM dalam acara Jogja Sehat Episode 4 yang tayang di stasiun TVRI Yogyakarta, Rabu (28/4) pukul 14.30 – 15.00 WIB.
Menurut Dr. Denny, aktivitas fisik dan olahraga memiliki istilah yang berbeda. Aktivitas fisik adalah semua kegiatan yang menggunakan otot, “aktifitas fisik ini ada manfaatnya dan harus selalu kita lakukan juga,” ujarnya. Olahraga adalah aktivitas fisik yang teratur, terencana, terukur dan bertujuan. Namun olahraga dibulan puasa tidak disarankan untuk tujuan meningkatkan prestasi atau menurunkan berat badan.
Olahraga dibulan puasa memberi manfaat bagi tubuh, diantaranya menjaga agar tidak malas, tetap bugar dan tidak mengantuk saat mengikuti tarawih. Selain itu saat olahraga perlu memperhatikan waktu dan intensitasnya. Olahraga yang baik dilakukan setelah membatalkan puasa atau sebelum buka puasa. “Setelah membatalkan puasa kemudian makan ringan, solat magrib, baru olahraga 20-30 menit, atau sebelum buka puasa dimepetkan waktunya dengan buka puasa,” ujar Dr. Denny saat menjelaskan kepada bintang tamu Nugroho Dewayanto, Kagama Klub Lari.
Olahraga seperti minum obat, ada dosis yang harus diperhatikan. Salah satunya dosis olahraga besarnya beban yang harus dilakukan, jika biasa 1,5 jam dengan beban 5-10 kg, maka saat dibulan puasa dikurangi menjadi 30 – 50 % saja. Masing-masing orang memiliki kemampuan olahraga yang berbeda, “harus diukur sendiri, tidak boleh terasa sakit berlebihan, tidak boleh terlalu lelah saat olahraga,” urai Dr. Denny. Olahraga bisa dipakai sebagai pendamping terapi, untuk bisa melakukan olahraga yang baik cek dulu kondisi tubuh dengan pemeriksaan yang sederhana yaitu kondisi jantung dan pembuluh darah. Keduanya menjadi indikator apabila dosis olahraga berlebihan.
“Kita harus ramah dan ngerti dengan diri kita sendiri, yang tahu dosisnya kita sendiri, olahraga yang disarankan, misalnya olahraga lari harus sesuai dengan kemampuan, jadi kalau lari masih bisa ngobrol dan tidak boleh terengah-engah, ini masih ringan bagi tubuh,” jelas Dr. Denny.
Olahraga tidak disarankan dilakukan pada malam hari karena akan mengubah irama biologis tubuh yang menyebabkan tidur tidak lelap, bangun pagi badan terasa capek, bahkan menurunkan kekebalan tubuh. Saat olahraga perlu diperhatikan juga cairan tubuh supaya terhindar dari dehidrasi. Minum air putih diperlukan sebelum olahraga, saat olahraga, dan setelah olahraga untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang karena penguapan yang muncul melalui keringat maupun cuaca yang panas.
Pemanasan dan pendinginan saat olahraga harus tetap dilakukan, karena pemanasan berfungsi untuk menyiapkan tubuh, siap untuk diberikan beban dan mencegah terjadi cidera, sedangkan pendinginan berfungsi untuk mengembalikan lagi kondisi tubuh seperti semula.
Relaksasi sambil bekerja memberikan manfaat sangat besar bagi tubuh. Salah satu gerakan kesehatan yang disarankan yaitu kita harus selalu bergerak. Misalnya ditempat kerja bisa melakukan perenggangan, rumusnya setiap 30 menit duduk harus berjalan atau bergerak selama 1-2 menit.
Dr. Denny berpesan bagi seseorang yang tidak pernah olahraga harus dimulai dari yang ringan kemudian bertingkat naik lebih berat, mulai yang pendek waktunya baru boleh ditambah.
Acara Jogja Sehat kali ini dipandu oleh dr. Santosa Budiharjo, M.Kes., PA(K) dan dr. Nur Arfian, Ph.D dari Departemen Anatomi FK-KMK UGM. (Dian/IRO)
Saksikan video lengkapnya dalam link berikut Jogja Sehat Episode 4.