FK-KMK UGM. Prevalensi kanker di Indonesia terus meningkat. Data dari Globocan yang dirilis oleh WHO menunjukkan bahwa pada tahun 2018 terdapat 18,1 juta kasus kanker dengan 9,6 juta kematian. Pada tahun 2020, Indonesia mencatat 396.914 kasus baru dan 234.511 kematian akibat kanker. Globocan memperkirakan kematian akibat kanker global akan meningkat hingga 13,1 juta pada tahun 2030. Penanganan kanker di Indonesia menghadapi berbagai tantangan, termasuk antrian panjang, komunikasi yang buruk, waktu tunggu lama, administrasi yang rumit, ketidakpercayaan terhadap tenaga kesehatan, dan kurangnya empati. Program Navigasi Pasien Kanker (NAPAK) hadir untuk mengatasi persoalan ini.
Sebagai upaya kontribusi aktif dalam penanganan prevalensi kanker di Indonesia, Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM menjadi bagian dalam implementasi NAPAK dengan menyelenggarakan workshop NAPAK pada Jumat, 21 Juni 2024 di Gedung Pascasarjana Tahir Foundation FK-KMK UGM. Workshop NAPAK ini menjadi awal kolaborasi FK-KMK UGM. Kedepannya, FK-KMK UGM akan mengadopsi dan menerapkan program NAPAK melalui pendidikan formal di Program Studi Magister Keperawatan, FK-KMK UGM dengan penambahan kompetensi NAPAK dan Pelatihan NAPAK di Rumah Sakit. Workshop ini dihadiri oleh Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan, Direktorat Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan, Biro Organisasi dan SDM Kemenkes, PPNI, HIMPONI, dan jajaran rumah sakit jejaring.
Navigasi Pasien Kanker (NAPAK) atau Cancer Patient Navigator (CPN) adalah program yang bertujuan untuk meningkatkan hasil penatalaksanaan kanker melalui koordinasi perawatan klinis, manajemen klinis, pendanaan, akomodasi, tindak lanjut konseling, dan tindak lanjut perawatan. Program ini terbukti efektif dalam memastikan pasien mendapatkan diagnosis dan terapi tepat waktu, meningkatkan temuan kasus pada stadium dini, dan meningkatkan angka kesintasan lima tahun. Di Indonesia, program ini digagas oleh Pusat Kanker Nasional Dharmais, Tata Memorial Center Mumbai, dan Roche Indonesia, dengan dukungan penuh dari Kementerian Kesehatan.
Dekan FK-KMK UGM, Prof. dr. Yodi Mahendradhata,M.Sc, Ph.D, FRSPH., menyampaikan bahwa workshop NAPAK sekaligus langkah awal adopsi dan implementasi NAPAK di FK-KMK UGM bertujuan untuk mendiskusikan model adopsi dan implementasi peran Navigasi Pasien Kanker (NAPAK) sehingga dapat memberikan manfaat maksimal bagi pasien, tenaga kesehatan, dan manajemen rumah sakit. Keberhasilan model ini bergantung pada kesepakatan dan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan yang terlibat.
Beliau menambahkan, dengan diselenggarakan workshop ini, dapat disepakati model adopsi & implementasi peran NAPAK di rumah sakit dengan struktur organisasi, tupoksi, dan rekognisi yang jelas sistematikanya. Selain itu FK-KMK juga berharap workshop ini dapat menghimpun dukungan regulasi terkait jabatan fungsional yang bisa mengakomodasi peran NAPAK sehingga memudahkan bagi semua pihak
Perwakilan RSUP dr. Sardjito., turut menunjukkan komitmen implementasi NAPAK. “Setiap harinya, sebanyak 3000-3500 pasien datang ke poli dan unit pelayanan kami. Sebanyak 1500 diantaranya adalah pasien kanker. Untuk memaksimalkan kualitas pelayanan kami memproyeksikan banyak progra dan kebijakan terutama terkait panduan klinis terintegrasi. Dari program tersebut, kami prioritaskan yang high volume, yaitu NAPAK. Kami harap panduan NAPAK kedepannya dapat di ekspansi ke skala nasional terutama terkait praktik klinisnya. RSUP dr. Sardjito siap mensukseskan NAPAK bukan hanya secara ceremonial tetapi juga mengoptimalkan dampak sehingga memberikan manfaat yang bisa dirasakan oleh masyarakat.”
Workshop ini sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya poin 3 tentang kehidupan sehat dan sejahtera, poin 4 mengenai pendidikan berkualitas untuk pembangunan berkelanjutan, serta poin 7 kemitraan untuk mencapai tujuan. Melalui program Navigasi Pasien Kanker (NAPAK), workshop ini bertujuan untuk meningkatkan hasil penatalaksanaan kanker, memastikan akses yang lebih baik terhadap perawatan kesehatan yang tepat waktu dan berkualitas, serta meningkatkan kepuasan pasien. Selain itu, workshop ini juga menekankan pentingnya pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan, sehingga mereka dapat memberikan layanan yang lebih baik dan berkelanjutan. Dengan demikian, workshop ini tidak hanya berkontribusi pada peningkatan kesehatan masyarakat, tetapi juga pada pengembangan kapasitas dan kompetensi tenaga kesehatan, yang mendukung kedua poin SDGs tersebut. (Assyifa/Reporter)