Mitos vs Fakta Seputar Covid-19

FK-KMK UGM. Sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada Maret 2020 lalu, di era digitalisasi saat ini penyebaran informasi seputar Covid-19 begitu masif. Namun, siapa sangka terselubung banyaknya informasi yang kurang tepat atau biasa disebut dengan hoax, mudah beredar di masyarakat.

Beranjak dari masalah tersebut. Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam rangka memperingati Dies Natalis FK-KMK UGM ke 75 dan Lustrum XV menyajikan webinar kesehatan untuk masyarakat awam dengan mengusung topik: “Mitos vs Fakta Seputar Covid-19: Pencegahan, vaksin, diagnosis, dan terapi”. Acara yang berlangsung hampir tiga jam ini diselenggarakan secara daring melalui kanal YouTube FKKMK UGM Official dan Platform Zoom, Rabu (24/3).

Webinar dibuka dengan sambutan dari Ketua panitia Dies Natalis FK-KMK UGM ke 75 dan Lustrum XV, Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K)., MPH., Ph.D. Beliau mengatakan, antusias untuk mendengarkan informasi yang benar seputar Covid-19.

Webinar ini menghadirkan dua narasumber dari Departemen Penyakit Dalam FK-KMK UGM yaitu dr. Ika Trisnawati, M.Sc., Sp.PD-KP., FINASIM – Pakar Pulmonologi dan dr.Deshinta Putra Mulya, M.Sc., Sp.PD-KAI., FINASIM – Pakar Alergi Imunologi.

Ika Trisnawati, M.Sc., Sp.PD-KP., FINASIM, ia menjelaskan bahwa, “persentase kematian akibat covid-19 di dunia mencapai 2,2% akan tetapi di Indonesia lebih tinggi sedikit yakni 2,7%. Kasus harian terjadinya Covid-19 memang mengalami penurunan namun masih terdapat lonjakan-lonjakan peningkatan kasus yang artinya masih belum stabil”, jelasnya.

Ika menambahkan dari awal hingga saat ini, masih banyak hoaks yang bermunculan diberbagai platform media. Hoaks terbaru yang beredar menyebutkan Lianhua Qingwen (sejenis obat herbal) dapat membantu mengurangi perburukan kondisi Covid-19. Hal tersebut tidak tepat, “Sebenarnya Lianhua Qingwen obat herbal yang berkhasiat mengobati demam, batuk berdahak dan meringankan nyeri tenggorokan. Obat ini memang bisa membantu tetapi bukan untuk mengurangi perburukan kondisi pasien Covid-19” paparnya.

Hoaks terbaru saat ini juga menyatakan mutasi virus Covid-19 sangat mematikan, hal itu kurang tepat. dr. Ika menerangkan “dari sejumlah studi-studi penelitian sudah ada lebih dari seratus mutasi virus dan terbukti mudah menularkan, tetapi sampai saat ini belum ada bukti yang menyatakan bahwa adanya mutasi menjadi sangatlah mematikan” terangnya.

Sementara dr.Deshinta Putra Mulya, M.Sc., Sp.PD-KAI., FINASIM menjelaskan terkait vaksinasi. Vaksin bertujuan untuk memblok masuknya virus ke dalam sel dengan cara membentuk antibodi terhadap protein spike. Hal tersebut menjadi upaya untuk pencegahan virus Covid-19 beriringan dengan penerapan 3M.

Di samping itu, terdapat banyak berita hoaks yang bermunculan seputar vaksin Covid-19. Salah satunya adalah vaksin Covid-19 memiliki potensi membahayakan. Hal tersebut tidak benar, sebab untuk membuat suatu vaksin membutuhkan beberapa tahapan penelitian yang panjang untuk melihat keamanan, efek samping, kebutuhan dosis, kemampuan membentuk antibodi, dan efikasi.

“Jadi, pernyataan vaksid Covid-19 memiliki potensi membahayakan, itu tidaklah benar karena sudah melalui tahapan penelitian yang panjang dan setelah diberikan tetap dilakukan observasi lagi,” tegasnya.

Selain itu, Deshinta menyebutkan masih terdapat berita hoaks seputar vaksin, beberapa diantaranya pernyataan bahwa vaksin Covid-19 itu telah bermutasi menjadi ribuan Covid-19 baru di seluruh dunia. Ia menjelaskan bahwa itu tidak benar, sebab virus dalam vaksin Covid-19 sudah dimatikan sehingga tidak akan menimbulkan mutasi virus.

Tidak perlunya menerapkan atau mematuhi protokol kesehatan, jika sudah disuntik vaksin Covid-19. Deshinta menjelaskan hal tersebut juga tidak benar, “sebab vaksin-vaksin yang beredar tidak ada yang memiliki efikasi mencapai 100% sehingga masih memiliki peluang untuk terinfeksi virus Covid-19,” pungkasnya. (Arif AR/Reporter)