FK-KMK UGM. Prof. dr. Tri Wibawa, Ph.D., Sp.MK(K), Ketua Gugus Tugas One Health Collaborating Center, Dosen dan Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM), membuka diskusi melalui orasi ilmiah dengan topik “Pendekatan One Health dapat digunakan untuk mengevaluasi risiko mikroplastik dan mengembangkan strategi mitigasi”. Prof. Tri Wibawa menyampaikan orasinya pada seminar internasional yang diselenggarakan oleh Gugus Tugas One Health Collaborating Center (GT-OHCC) UGM dan Institut Français Yogyakarta, Rabu (24/04) yang disiarkan secara daring.
Mikroplastik menjadi sorotan karena masalah limbah plastik yang semakin meningkat. Data menunjukkan bahwa hanya 9% limbah plastik yang didaur ulang, sementara 12% dibakar, dan 79% berakhir di tempat pembuangan sampah. Dalam menghadapi masalah ini, pendekatan One Health menjadi salah satu solusi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi risiko mikroplastik dan merancang strategi mitigasi yang tepat. Upaya mitigasi terhadap mikroplastik juga relevan dengan tujuan untuk memastikan ketersediaan dan pengelolaan air bersih yang berkelanjutan sesuai dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goal’s (SDGs) poin 6 air bersih dan sanitasi layak.
Menurut Prof. Tri Wibawa, pendekatan One Health berkaitan erat dengan keseimbangan tiga pilar utama ekosistem, yaitu kesehatan manusia, kesehatan hewan, dan kesehatan lingkungan. Pendekatan ini melibatkan banyak sektor dan mempertimbangkan lima aspek penting, yakni kesetaraan multidisipliner, faktor sosio politik dan kesenjangan yang berdampak pada inklusivitas serta keterikatan gerakan-gerakan komunitas dan organisasi lingkungan, keharmonisan aspek lingkungan, hewan, dan manusia, responsibilitas manusia atas perubahan perilaku yang berdampak pada lingkungan, serta kolaborasi multi helix. Hal ini berkaitan erat dengan upaya untuk mencapai kesehatan yang baik dan kesejahteraan bagi semua pada SDGs poin 3 Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan serta poin 12 konsumsi dan produksi yang bertanggung.
Contohnya, saat melakukan evaluasi terhadap polusi plastik, kita perlu mempertimbangkan berbagai produk senyawa cemaran sekunder yang mungkin diserap oleh lingkungan, perubahan perilaku masyarakat, dan bahkan kemungkinan polutan mikroplastik dalam meningkatkan resistensi antibiotik pada hewan dan manusia.
Prof. Tri Wibawa menekankan pentingnya keterlibatan semua sektor, mulai dari level mikrobiom hingga kebijakan pemerintah, dalam menangani masalah ini. Kolaborasi antara ilmuwan dalam menyediakan data, pakar disiplin ilmu yang beragam, dan pemangku kebijakan dalam merumuskan regulasi menjadi kunci keberhasilan dalam mengatasi dampak polusi mikroplastik.
Seminar ini diikuti oleh 80 peserta yang antusias dalam memahami materi dan berpartisipasi dalam diskusi. Diskusi ini menjadi forum bagi mereka untuk mendalami pemahaman tentang dampak polusi mikroplastik dan bagaimana pendekatan One Health dapat menjadi solusi dalam menghadapinya.
Mikroplastik juga dapat menjadi ancaman bagi kehidupan laut dan ekosistem bawah air yang terkait dengan sumber daya lautan SDGs poin 14 ekosistem lautan. (Assyifa/Reporter)