Mewujudkan INA-Stent Buatan Anak Bangsa

FK-UGM. Menurut WHO diperkirakan pada tahun 2005, 17.5 juta orang di seluruh dunia meninggal akibat penyakit Kardiovaskular setiap tahunnya dan memberikan kontribusi hampir 1/3 kematian global. Saat ini, segala usia beresiko menderita penyakit Kardiovaskular, termasuk anak-anak dan 80% dari beban penyakit Kardiovaskular adalah negera berpenghasilan rendah dan menengah. Di Indonesia maupun di dunia, penyakit kardiovaskular masih merupakan pembunuh nomor satu. Di Amerika, sebanyak 1,2 juta orang mengalami infark miokard setiap tahun dan kurang lebih 1/3 –nya adalah infark miokard akut dengan elevasi ST (IMA-EST).

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Prof. Dr. dr. Budi Yuli Setianto, Sp.PD-KKV, Sp.JP(K) dalam pidato pengukuhan Guru Besar Fakultas Kedokteran UGM di ruang Balai Senat UGM (17/5). Dihadapan Majelis Wali Amanat UGM, Dewan Guru Besar UGM, Senat Akademik UGM, Rektor dan Wakil Rektor UGM, Dekan dan Wakil Dekan FK UGM, keluarga dan para tamu undangan Prof. Budi Yuli menyampaikan pidato pengukuhan dengan judul “Layanan Kardiologi Intervensi di Era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN): Tantangan & Peluang.”

Tahun 2020, penyakit jantung dan stroke akan menjadi penyebab utama kedua kematian dan kecacatan diseluruh dunia, dengan jumlah korban jiwa diproyeksikan meningkat menjadi lebih dari 23,4 juta (International Cardiovascular Disease Statistics 2008 update aha; who World Health Statistics 2008). Cina adalah negara dengan angka kematian penyakit Kardiovaskular per tahun tertinggi, angka kematian penyakit Kardiovaskular di Indonesia 100.000-500.000 per tahun.

Layanan kardiologi intervensi adalah layanan berupa tindakan atau prosedur invasive perkutan nonbedah di laboratorium kateterisasi (cath-lab) yang dilakukan oleh seorang dokter spesialis jantung dan pembuluh darah. Banyak tindakan yang bisa dilakukan di bidang kardiologi intervensi ini, antara lain angiografi dan angioplasty atau intervensi coroner perkutan dengan/tanpa pemasangan stent pada pembuluh darah coroner, perifer, dan otak.

Intervensi koroner perkutan merupakan layanan kardiologi intervensi yang paling banyak dilakukan di rumah sakit yang dilengkapi dengan fasilitas cath-lab. Prosedur intervensi kororner perkutan yang umum dilakukan adalah dengan cara melebarkan pembuluh darah koroner dengan menggunakan balon dan/atau pemasangan stent.

Dalam pidatonya disampaikan bahwa salah satu rencana strategis di tahun 2017-2020 adalah mewujudkan impian tentang INA-Stent sebagai hilirisasi hasil penelitian UGM berupa stent berkualitas dengan harga terjangkau oleh masyarakat. “Paling penting adalah buatan dalam negeri oleh anak bangsa sendiri,” ungkap suami dari dr. Wigati Dhamiyati, Sp.Rad(Onk) dosen Departemen Radiologi FK UGM.

Saat ini stent yang ada dipasaran adalah stent impor dengan harga bervariasi, untuk bare metal stent (BMS) kurang lebih 4,4 juta rupiah, sedangkan drug eluting stent (DES) berkisar kurang lebih 6,4 juta – 7,7 juta rupiah. Sebagai ilustrasi, pemakaian stent dalam 1 tahun (1 Januari – 31 Desember 2017) di cath-lab RSUP Dr. Sardjito adalah 1.104 buah (terdiri dari BMS 45 buah dan DES 1.059 buah) dengan total biaya yang dikeluarkan kurang lebih 7,6 Milyar. “Dengan demikian, kita bisa menghitung berapa omzet yang didapat bila INA-Stent tersebut terwujud,” tutur Ketua Departemen Kardiologi dan Kardiovaskuler FK UGM. (Dian/IRO)

Berita Terbaru