Metode ‘SMART’, Cegah Kehamilan Remaja

FK-UGM. Program SMART merupakan singkatan dari Sehat secara Mandiri dan Bertanggung jawab. Program SMART berbeda dengan model promosi kesehatan yang lain, karena SMART menggunakan pendekatan secara medis dan secara psikososial. Hal ini diungkapkan oleh Fitriani Mediastuti, S.Si., M.Kes saat menjalani ujian terbuka Program Doktor, Selasa (7/11) di ruang rapat senat gedung KPTU Fakultas Kedokteran UGM dengan judul disertasi “SMART Remaja: Menjawab Tantangan Pencegahan Kehamilan Pada Remaja SMP”.

Dosen di STIKES AKBIDYO ini juga menyusun program SMART dengan menerapkan empat tahapan experiental learning yaitu pengalaman nyata, observasi dan refleksi, pembentukan konsep abstrak dan generalisasi, pengujian implikasi konsep pada situasi yang baru. “Program ini melibatkan 14 mahasiswi kebidanan untuk mendampingi siswi SMP selama proses intervensi. SMART ini terdiri dari ceramah, diskusi, role play, game, dan juga menonton film”, papar peraih gelar Doktor ke-3.781 UGM dengan predikat cumlaude IPK 3,77 ini.

Diharapkan dengan program SMART, faktor risiko kehamilan remaja bisa berkurang karena adanya kesadaran dari siswi SMP bahwa kehamilan remaja dapat meningkatkan gangguan kesehatan. Selain itu, dengan program SMART dapat digunakan para praktisi kesehatan ataupun psikolog yang fokus pada kehamilan remaja.

Prof. dr. Djauhar Ismail, MPH, Sp.A(K), Ph.D sebagai pembimbing mengatakan tentunya Program SMART bisa menjadi model promosi kesehatan yang baik untuk para remaja karena kebermanfaatannya yang besar. “Keberlanjutan SMART memang perlu komitmen dari sekolah”, tegas Fitriani Mediastuti yang juga menjabat sebagai Kepala Badan Penelitian dan Pengabdian STIKES AKBIDYO. Salah satu upayanya adalah menyisipkan materi kehamilan remaja pada program bimbingan konseling di sekolah dapat meningkatkan keberlanjutan SMART. Tentunya program SMART juga dapat digunakan oleh para praktisi kesehatan sebagai bentuk pengabdian masyarakat.

Data WHO tahun 2014 menunjukkan bahwa kehamilan remaja lebih cenderung terjadi pada remaja perempuan dengan tingkat pendidikan rendah, tinggal di daerah pedesaan, dan berpendapatan rendah. Di Indonesia, berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menyebutkan angka fertilitas di daerah perkotaan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan di daerah pedesaan. Padahal kehamilan pada remaja merupakan penyebab kematian remaja perempuan di negara berkembang. Kehamilan pada remaja meningkatkan masalah kesehatan yaitu Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), kelahiran prematur, kematian bayi dan ibu. Tidak hanya dari segi kesehatan saja, tapi dari segi ekonomi serta psikologi dari remaja tersebut. (Farah/Reporter)

Berita Terbaru