Merespon Tantangan Promosi Kesehatan di Era 4.0

FK-KMK UGM. Pergeseran paradigma dalam upaya promosi kesehatan menuntut tenaga kesehatan khususnya promotor kesehatan untuk selalu berkembang. Terlebih lagi pada era revolusi industri 4.0 ini mengharuskan tenaga kesehatan untuk tidak ketinggalan jaman. Hal tersebut disampaikan oleh dr.Fatwa Sari Tetra Dewi, MPH, PhD dalam sesi seminar lintas profesi dengan tema “Digital Health Promotion: Merespon Tantangan Era 4.0 di Bidang Kesehatan”, Rabu (2/10) di auditorium gedung Pascasarjana Tahir Foundation Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM.

Seminar yang  diselenggarakan oleh Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan dan Kedokteran Sosial, FK-KMK UGM dan program studi S2 IKM ini menghadirkan 3 narasumber: Ketua Departemen Perilaku Kesehatan Lingkungan dan Kedokteran Sosial, dr. Fatwa Sari Tetra Dewi, MPH., PhD, Dosen Ilmu Komunikasi Fisipol UGM, Wisnu Martha Adiputra, SIP., Msi; Manager Inahealth TV, Wisaksono Adi.

Di era revolusi industri 4.0, terdapat  4 dimensi perubahan promosi kesehatan. Pertama, dimensi temporal, yang telah bergeser dari sikap masyarakat yang bersifat reaktif kuratif menuju proaktif preventif. Semakin banyaknya informasi yang beredar, mendorong masyarakat semakin sadar tentang kesehatannya dan berusaha melakukan langkah-langkah preventif agar tidak sakit dan semakin sehat. Kedua,  dimensi ecological, yang telah mengalami pergeseran dari perpektif individu menuju masyarakat yang kolektif. Oleh karenanya, praktisi kesehatan masyarakat perlu memperhatikan masalah kesehatan dengan perpektif lingkungan, tidak cukup hanya fokus pada indvidu tertentu saja.

Ketiga, dimensi partisipasi, yang telah bergeser dari era detachment menuju partisipatif. Hal ini sangat menguntungkan petugas kesehatan. Tentu saja, upaya peningkatan literasi kesehatan sangat diperlukan agar masyarakat dapat berpartisipasi secara tepat. Dimensi keempat adalah dimensi kapabilitas, yang telah berbeser dari berubahnya perspektif dalam memposisikan masyarakat, yang pada awalnya sebagai objek, dan saat ini kita harus memposisikan masyarakat sasaran sebagai subjek, sehingga ada upaya-upaya untuk melibatkan masyarakat sasaran sejak identifikasi masalah dan proses perancangan program-program promosi kesehatan.

“Pergeseran tersebut menuntut kemauan belajar sepanjang waktu bagi petugas kesehatan, agar mampu beradaptasi dan mampu berinovasi dalam melakukan promosi kesehatan di digital ini”, papar dr Fatwa Sari Tetra Dewi, MPH., PhD.

Kebebasan informasi di era digital ini juga sering disebut sebagai era disruptif, yaitu era dimana teknologi dan masyarakat dapat berkembang secara dinamis dalam waktu yang sangat cepat, baik dalam hal positif maupun negatif dan dapat menjadi viral hanya dalam hitungan detik. Dalam bidang kesehatan, informasi yang beredar bebas sering kali tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan menjadi hoaks yang menyesatkan masyarakat. Oleh karena itu, tenaga kesehatan di era ini dituntut untuk dapat berinovasi dalam promosi kesehatan salah satunya promosi kesehatan digital untuk mengatasi tantangan tersebut. Promosi kesehatan digital merupakan peluang dalam meningkatkan literasi kesehatan masyarakat mengingat sebagian besar penduduk Indonesia menggunakan smartphone, dapat mengakses internet, dan memiliki media sosial.

Era revolusi industri 4.0 ini merupakan era post truth. Oleh karenanya kita perlu waspada dan masyarakat harus semakin cerdas memilah informasi agar tidak terjebak pada hoax. Hal tersebut karena hadirnya teknologi yang disertasi dengan konten akan dapat membentuk nilai baru dimasyarakat. “Oleh karenanya perlu dipastikan bahwa konten informasi yang beredar di masyarakat tidak mengandung 3 kesalahan diatas,” papar Wisnu Martha.

Untuk merespon tantangan tersebut, FK-KMK UGM telah mengembangkan saluran informasi kesehatan terpercaya yang diberi nama INAHEALTH sejak tahun 2017. Sebagai salah satu gerakan promosi kesehatan digital, hingga saat ini saluran INAHEALTH dalam platform Youtube telah dilanggan lebih dari 5000 pelanggan. Melalui saluran informasi ini, masyarakat diharapkan semakin mudah untuk menemukan sumber informasi kesehatan yang terpercaya dan dapat menangkal hoax di media digital. Selain itu, Wisaksono Adhi, sebagai manager INAHEALTH juga mengharapkan adanya kolaborasi lebih luas bersama content creator dan tenaga kesehatan masyarakat, sehingga dapat memperbanyak informasi kesehatan yang menarik dan terpercaya di masyarakat dan meningkatkan literasi kesehatan di masyarakat.

Seminar yang digelar ini diikuti oleh hampir 100 peserta dari dalam maupun luar UGM, baik yang menghadiri langsung maupun webinar. (Kontributor: Luthfi/Supriyati; Foto: dok. panitia)