Menyoroti Dampak Jangka Panjang COVID-19

FK-KMK UGM. Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Universitas Gadjah Mada, bekerja sama dengan Centers for Disease Control and Prevention, telah melaksanakan penelitian dampak kesehatan jangka panjang COVID-19, yang sering disebut sebagai “long COVID,” di lima provinsi di Indonesia.

WHO mendefinisikan Long COVID merupakan kondisi dimana seseorang telah pulih dari COVID-19 namun mengalami gejala menetap setidaknya empat minggu, bahkan bisa berbulan-bulan. Hal ini menjadi sorotan utama karena terdapat rentang antara 23,4 – 37,6% penyintas yang mengalami gejala long COVID. Penelitian menunjukkan bahwa penderita dengan gejala ringan mengalami masalah seperti gangguan tidur, kelelahan, hingga gangguan mental ringan. Sedangkan pada penderita dengan gejala berat menunjukkan gejala gangguan
tidur, kesehatan mental, kelelahan, gangguan pencernaan dan gangguan seksual yang lebih menonjol sehingga berdampak pada aktivitas sehari-hari.

Seseorang dengan riwayat diabetes melitus, gangguan pada jantung dan ginjal, serta obesitas memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena long COVID. Studi juga menemukan bahwa vaksinasi berperan sebagai faktor protektif yang dapat mengurangi risiko terjadinya long COVID. Pemerintah harus waspada karena penyakit kronis ini dapat menimbulkan komplikasi jangka panjang dan tentunya akan menambah beban anggaran kesehatan pusat dan daerah jika tidak tertangani dengan baik.

Sebagai respons terhadap hasil temuan, tim peneliti mengusulkan beberapa rekomendasi kebijakan, termasuk pengembangan pedoman penanganan long COVID yang komprehensif berupa strategi deteksi dini, manajemen gejala dan rehabilitasi. Pengembangan skrining kesehatan mental bagi tenaga kesehatan, dan promosi vaksinasi COVID-19 sebagai langkah pencegahan terhadap long COVID.

Saat Indonesia berjuang melawan efek jangka panjang pandemi, studi ini berfungsi sebagai panggilan aksi bagi pemangku kebijakan kesehatan, profesional, dan komunitas untuk berkolaborasi dalam mengurangi dampak Long COVID terhadap individu dan sistem kesehatan secara luas. (Kontributor: Rizky Adinda/PKMK)