Menjaga Kesehatan Mental: Kapan dan Bagaimana Meminta Dukungan

Lunch Discussion

FK-KMK UGM. Kesehatan mental menjadi isu yang besar di masa sekarang. Baik kesehatan mental bagi mahasiswa, tenaga pelajar, hingga dosen pengajar di lingkungan kampus. Hal ini menjadikan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) menyelenggarakan Lunch Discussion periode September 2024 dengan topik “When and How: Get Help for Mental Health Support” pada Kamis (05/09) secara daring melalui Zoom Meeting.

Pada diskusi Lunch Discussion ini dimoderatori dr. Hanggoro Tri Rinonce, Ph.D., Sp.PA(K). Adapun narasumber yang memberikan materi adalah Dr. dr. Andrian Fajar Kusumadewi, M.Sc., Sp.KJ. (Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa FK-KMK UGM) dan Astuti Dian Lestari, M.Psi., Psikolog (Unit Konseling FK-KMK UGM). Lunch Discussion merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh FK-KMK UGM dalam menambah wawasan tentang tema tertentu, dan diikuti sebanyak 110 peserta yang terdiri dari mahasiswa, tenaga pendidik, tenaga pengajar, dan umum.

dr. Ahmad Hamim Sadewa, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan dalam sambutannya menyampaikan apresiasi adanya diskusi terkait kesehatan mental. Hal ini dikarenakan kesehatan mental menjadi tantangan di masa mendatang. “Kesehatan mental saat ini menjadi isu yang besar dan perlu adanya penanganan lebih nyata. Faktor internal maupun eksternal mempunyai peran dalam kesehatan mental. Semoga acara ini bermanfaat untuk kita semua serta mengajak untuk lebih peduli bersama-sama mengerti tentang pentingnya kesehatan mental.” Ujar dr. Hamim.

Sesi pertama Dr. dr. Andrian Fajar Kusumadewi, M.Sc., Sp.KJ menyampaikan materi tentang kapan seseorang membutuhkan dukungan untuk menjaga kesehatan mentalnya. Beliau menjelaskan gejala kesehatan mental itu dapat memengaruhi permasalahan tidur, keadaan emosi yang ekstrim, serta adanya kesulitan dalam mengambil keputusan ataupun tidak fokus pada poin tertentu. Hal ini selaras dengan SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, karena terkait pelayanan kesehatan mental.

Seseorang dapat diarahkan ke layanan profesional apabila merasa sedih berlebihan dalam kurun waktu lebih dari dua minggu, selain itu juga ada perasaan merasa bersalah, kesulitan dalam konsentrasi, adanya gangguan fisik, hingga ada pemikiran untuk bertindak mencederai diri. “Perlu diingat, tidak ada waktu yang salah dalam mencari bantuan profesional. Jadi apabila perasaan sedih, terpuruk, emosi labil, maupun yang lainnya dalam kurun waktu lama, itu penting untuk mencari bantuan kesehatan mental”, pungkas dr. Andrian.

Pada sesi kedua, Astuti Dian Lestari, M.Psi., Psikolog memberikan materi terkait bagaimana cara mendapatkan dukungan kesehatan mental. Beliau menyampaikan dalam mencari bantuan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Antara lain mempunyai keterampilan dalam mengenali permasalahan, berkomunikasi, serta berempati. “Hal-hal sederhana yang bisa kita lakukan untuk memberikan bantuan orang terdekat adalah dengan melihat kondisi mereka terlebih dahulu, mendengarkan apa yang disampaikan, membantu untuk memberikan sumber informasi yang kita tahu terkait fasilitasnya, hingga berempati.” Ujar Astuti.

Lunch Discussion ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Informasi tentang kesehatan mental menjadi literasi dasar yang bisa disebarluaskan, sehingga sesuai dengan SDG 4: Pendidikan Berkualitas. Dua narasumber perempuan pada diskusi ini merupakan bentuk dari pemberdayaan Perempuan yang sesuai dengan SDG 5: Kesetaraan Gender. Serta SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan, karena kegiatan ini mempunyai potensi kemitraan global. (Humas/Sitam).