FK-KMK UGM. Preeklamsia adalah kondisi akibat dari tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol pada ibu hamil. Kondisi preeklamsia pada ibu hamil harus segera ditangani. Jika tidak, kondisi preeklamsia dapat berkembang menjadi eklampsia dan memiliki komplikasi yang fatal baik bagi ibu maupun bagi janinnya.
Hal tersebut disampaikan oleh dr. Fauzan Achmad Maliki, Sp.OG dari Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM dalam bincang-bincang santai Raisa Radio dengan topik “Preeklampsia pada Kehamilan”, Senin (11/04).
Hampir lima dari sepuluh ibu hamil di Indonesia mengalami pre-eklampsia. Dokter Fauzan menyampaikan bahwa pre-eklampsia ini terjadi pada ibu hamil setelah dua puluh minggu atau setara dengan empat bulan masa kehamilan dan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.
Beberapa faktor yang menjadi pemicu pre-eklampsia pada ibu hamil adalah kondisi yang sama pada kehamilan sebelumnya ataupun riwayat hipertensi sebelum hamil. Usia ibu hamil yang sudah lebih dari 40 tahun dan juga obesitas dapat menjadi faktor pemicu.
“Selain faktor pemicu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa preeklampsia disebabkan oleh plasenta. Ibu hamil dengan preeklamsia memiliki pembuluh darah yang tidak berfungsi dengan normal, akibat bentuknya yang lebih sempit dan memiliki reaksi terhadap hormon yang berbeda, sehingga menyebabkan aliran darah dapat masuk ke plasenta menjadi terbatas”, tambahnya.
Preeklampsia dapat muncul dengan gejala maupun tanpa gejala. Tekanan darah tinggi biasanya muncul secara perlahan-lahan, sehingga ibu hamil biasanya tidak sadar dan tidak mengetahuinya hingga ia memeriksakan dirinya dalam kontrol rutin antenatal care baik ke bidan maupun ke dokter.Tanda yang sering muncul pada ibu hamil dengan preeclampsia antara lain nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri perut kanan atas, mual dan muntah, serta produksi urin menurun.
“Pencegahan preeklamsia masih sulit dilakukan. Beberapa studi menyatakan bahwa dengan modifikasi dari gaya hidup seperti restriksi kalori, membatasi asupan garam, mengonsumsi bawang putih, serta mengonsumsi vitamin C dan E, masih tidak menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna dalam upaya pencegahan preeklampsia ini”, jelas dokter Fauzan.
Sehingga dr. Fauzan menyarankan pada beberapa kasus, ibu hamil dapat menurunkan risiko mengalami preeklampsia dengan cara mengonsumsi obat aspirin dosis rendah dan mengonsumsi suplemen kalsium namun, sebelum memulai untuk mengonsumsi obat dan suplemen, ibu hamil harus berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter, karena konsumsi kedua hal di atas tidak dapat diberikan pada siapa saja. Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan mengontrol gula darah dan berat badan saat merencanakan kehamilan.
Bincang Raisa Radio siang ini dimoderatori oleh dr. Adhyanovic Hadi Pradipta dari Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-KMK UGM. (Yuga Putri/Reporter)