FK-KMK UGM. Saat ini program bayi tabung atau in-vitro fertilization (IVF) menjadi salah satu solusi bagi pasangan suami istri yang kesulitan memiliki anak. Oleh sebab itulah, RAISA radio bersama dengan Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan bincang sore dengan tema “Mengulik Lebih Dalam tentang Program Bayi Tabung”.
Dalam bincang sore tersebut hadir dr. Muhammad Luthfi, Sp.OG(K)-FER sebagai narasumber dan dr. Romzy Azmy Lazuardi sebagai moderator.
Dokter Luthfi mengatakan bahwa berdasarkan penelitian, angka keberhasilan yang diperoleh dari bayi tabung mencapai 30%-40%. Angka ini merupakan yang paling tinggi di antara program kehamilan terbantu lain seperti penggunaan obat-obatan dan inseminasi intra-uterin.
“Peluang keberhasilan itu bisa semakin optimal saat ini, karena dukungan teknologi mutakhir yang dapat memaksimalkan setiap tahapan program bayi tabung”, ungkap dr. Luthfi, Senin (29/3).
Dalam proses bayi tabung, sel sperma dan sel telur diambil dari pasangan suami istri. Kemudian di laboratorium kedua sel tersebut dipertemukan sehingga terjadi pembuahan. Hasil pembuahan ditempatkan dalam inkubator khusus hingga berkembang menjadi emberio. Selanjutnya, embrio ditanam ke rahim agar berkembang menjadi janin seperti kehamilan biasa.
Setelah tindakan transfer embrio atau biasa dikenal pula dengan ET atau embryo transfer, pasangan yang sedang menjalani program bayi tabung biasanya akan melakukan Two Weeks Waiting (TWW) atau periode tunggu. Pada saat periode tunggu tersebut, hal-hal yang perlu dilakukan oleh calon ibu yaitu pilih asupan makanan yang bergizi, konsumsi asam folat, hindari aktivitas seksual dan olahraga.
“Asupan makanan yang baik dengan gizi seimbang merupakan salah satu poin penting yang dapat menyukseskan implantasi embrio pada rahim. Selain itu Asam folat juga dapat dimasukkan ke menu harian. Ada banyak manfaat mengonsumsi asam folat sebelum dan saat hamil”, jelas dr. Luthfi.
Pasien program bayi tabung direkomendasikan untuk menjalani gaya hidup sehat selama periode tunggu ini. Meskipun demikian, olahraga dengan intensitas tinggi seperti aerobik, atau berlari sebaiknya tidak dilakukan dulu, hingga mendapatkan konfirmasi kehamilan klinis.
“Lebih baik, pilih olahraga dengan intensitas rendah seperti jalan kaki, yoga, dan meditasi dengan durasi 30 menit per hari”, tutup beliau di akhir sesi. (Yuga Putri/Reporter)