FK-KMK UGM. Banyak pasien psikosomatik tidak sadar bahwa dirinya sedang mengalami gangguan tersebut. Psikosomatik menurut dr. Noor Asyiqa Sofia, M.Sc., SpPD, KPsi adalah gangguan psikis yang sangat berpengaruh terhadap fisik, begitu pula sebaliknya.
Paparan tersebut disampaikan oleh Dosen Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK-KMK UGM, dr. Noor dalam Bincang Sehat RAISA yang berjudul “Psikosomatik: Emosi yang Berujung Penyakit” pada Selasa (6/12) secara daring.
Psikosomatik paling banyak menyerang seseorang yang sudah lama menderita suatu penyakit yang tak kunjung sembuh. Tanpa adanya dukungan dari orang terdekat, stres yang menumpuk karena memikirkan penyakitnya dapat memicu munculnya psikosomatik. “Oleh karena itu, dukungan dari orang terdekat sangat penting bagi kesembuhan pasien,” tambah dr. Noor.
dr. Noor mengatakan bahwa mungkin orang awam masih bingung mengenai cara membedakan psikosomatik dengan sakit fisik murni. “Psikosomatik memang tidak bisa dilihat secara langsung gejalanya. Untuk menentukan apakah sakit yang diderita disebabkan oleh psikosomatik atau sakit fisik murni, harus melalui pemeriksaan dokter,” jelasnya.
Menurut dr. Noor, psikosomatik juga sering dikaitkan dengan sakit jiwa. “Psikosomatik itu ilmunya luas dan kompleks. Dari semua pasien yang ada di bagian penyakit dalam, 30% adalah pasien psikosomatik. Psikosomatik yang berat sangat memungkinkan untuk dirujuk ke spesialis jiwa,” terangnya.
Psikosomatik yang terus berlanjut dan tidak dikelola dengan baik akan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler, kanker, dan diabetes. “Untuk itu, jika sudah ada diagnosis psikosomatik, penanganan oleh dokter harus segera dilakukan,” tambah dr. Noor. (Nirwana/Reporter)