Mengenal Masalah Polusi Udara

FK-KMK UGM. Kasus polusi udara masih menjadi masalah global. Kasus polusi udara di London tahun 1952 menjadi contoh bagaimana kualitas udara menjadi faktor penting bagi kehidupan manusia.

Jakarta belum lama ini dinobatkan sebagai daerah dengan kualitas udara terburuk di dunia. Hal ini tentu perlu mendapatkan perhatian khusus dari semua pihak, karena kualitas udara buruk akan berdampak bagi kualitas kesehatan manusia.

“Polusi udara terjadi saat ada zat pencemar yang masuk ke udara ambien yang berada di ambang batas kualitas udara bersih, seperti masuknya zat pencemar bersifat fisika, kimia, partikuler, yang memiliki ukuran berbeda,” ungkap Staf Dosen Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan, dan Kedokteran Sosial Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, Aditya Lia Ramadona, PhD., Senin (18/7) dalam siaran radio RAISA.

Aditya juga mengungkapkan bahwa faktor biologi juga mampu menimbulkan polusi udara. Seperti halnya yang terjadi di wilayah negara subtropik, ketika masuk musim semi banyak terjadi keluhan serangan asma, karena serbuk sari tanaman masuk ke pernapasan yang memicu terjadinya penyakit pernapasan.

“Kalua ditanya mana yang berbahaya, ini tergantung toleransi dari masing-masing individu. Satu individu bisa bereaksi, namun bisa juga individu lain tidak bereaksi terhadap polutan,” ungkapnya.

WHO tahun 2021 telah merilis satu panduan yang memfokuskan pada polutan yang dianggap berperan besar dalam pencemaran udara, seperti: particulate meter, ozon, sulfur dioksida, maupun karbondioksida.

“Sektor transportasi menyumbang sumber polutan terbesar. Emisi yang masuk ke udara ambien sehingga polusinya semakin meningkat,” imbuh Aditya.

Dirinya juga mengungkapkan bahwa dari hasil kajian penelitian BPS ketika awal lockdown terkait kadar kualitas udara jogja, Jakarta dan sekitarnya, ditemukan bahwa polusi udara di pusat kota Jakarta cenderung menurun, karena kendaraan yang melintas jauh berkurang. Namun di daerah sekitarnya, polusi memang mengalami penurunan namun tidak signifikan salah satunya disinyalir adanya aktivitas pembangkit tenaga listrik tenaga uap yang terus beroperasi.

“Menghadapi kasus tingginya polutan udara ini, UGM bisa mengambil peran besar untuk menyediakan ruang terbuka hijau bagi lingkungan sekitarnya,” pesannya. (Wiwin/IRO)