Mengenal Buta Warna dan Penyebabnya

FK-KMK UGM. Mata manusia normal memiliki 2 fotoreseptor yang berguna untuk mendeteksi gelap terang dan mendeteksi warna merah, hijau, biru. Jika mata tidak bisa mendeteksi warna merah, hijau, biru, atau ketiganya, maka kondisi tersebut dinamakan buta warna.

Menurut dr. Indra Tri Mahayana, Ph.D., Sp.M. dari Departemen Ilmu Kesehatan Mata FK-KMK UGM dalam Bincang Sehat RAISA (Radio Indonesia Sehat), Selasa (21/2), buta warna bisa terjadi karena bawaan dan dapatan. “Buta warna bawaan berarti seseorang terlahir dengan buta warna, entah warna merah, hijau, atau biru. Biasanya yang paling banyak adalah buta warna merah atau hijau, sedangkan buta warna biru adalah kasus yang paling sedikit ditemui,” jelas dr. Indra.

Sedangkan buta warna dapatan bisa terjadi karena penyakit tertentu, misalnya peradangan pada optik neurotis. “Apabila buta warna bawaan tidak bisa disembuhkan, buta warna dapatan mungkin bisa sembuh jika penyakit asalnya diatasi,” tambahnya.

Menurut dr. Indra, skrining buta warna bisa dilakukan sejak usia sedini mungkin, dengan batas minimal usia 6 tahun. Hal ini karena asumsinya, setelah usia 6 tahun kognitif anak sudah terbentuk dan bisa membaca.

Bagi penderita buta warna, penglihatan bisa dibantu menggunakan lensa. Tujuannya adalah membantu meningkatkan kontras penderita buta warna. “Lensa ini bukan sebagai treatment yang akan membantu penyembuhan,” ujar dr. Indra. (Nirwana/Reporter)