Mengelola Cemas pada Masa Pandemi Covid-19

FK-KMK UGM. Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), menyelenggarakan webinar dengan tema “Mengelola Kecemasan Remaja pada Masa Pandemi Covid-19”. Diskusi yang juga ditayangkan secara webinar dan livestreaming YouTube ini digelar pada Rabu (15/04) pukul 13.00 – 15.00 WIB.

“Banyaknya informasi mengenai virus corona, menimbulkan dampak positif maupun negatif. Kita memang wajib mengikuti informasi sebagai upaya untuk tetap waspada. Akan tetapi, apabila terpapar terus menerus, akan berdampak pada kesehatan mental. Hal tersebut memicu stres, cemas, panik, dan rasa takut”, ungkap moderator diskusi, Dra. Y. Santi Roestriyani, DP3AP2 DIY.

Cemas pada remaja merupakan reaksi yang wajar di masa pandemi Covid-19 ini. Namun, apabila berlangsung berlarut-larut, dapat menyebabkan gangguan psikologis, fisik, dan kognitif. Dengan mengenali gejala kecemasan, seseorang diharapkan dapat menolong dirinya sendiri. Hal itulah yang diungkapkan dr. Ida Rochmawati, M.Sc., Sp.KJ (K)., psikiater RSUD Wonosari dan RS PKU Muhammadiyah Wonosari Gunungkidul Yogyakarta, Bidang Pelayanan dan Pengabdian Masyarakat PP PDSKJI, sebagai narasumber diskusi.

Cemas merupakan reaksi pertahanan seseorang untuk melindungi diri dari gangguan mental emosional yang lebih berat. Reaksi cemas dapat mengakibatkan reaksi motorik, seperti ketegangan otot, tidak bisa rileks, gemetar, dan mudah merasa lelah. Cemas juga mengakibatkan reaksi otonom, yaitu dada berdebar-debar, pusing, mual, dan BAB/BAK tidak lancar. Selain itu juga dapat meningkatkan kewaspadaan seseorang sehingga mengakibatkan gangguan tidur, sensitif, dan mudah lupa. Oleh karenanya, dr. Ida berpesan bahwa cemas perlu dikelola agar tidak mengganggu produktivitas dan kinerja seseorang.

Apabila mengalami kecemasan, seseorang dapat menolong dirinya sendiri sebelum pergi ke profesional. Pertama, bertanya pada diri sendiri dan mengenali kepribadian diri. Kedua, menghindari paparan yang memicu kecemasan. “Menjaga jarak dari informasi itu penting. Apabila kita sudah merasa lelah dengan begitu banyak informasi, maka coba berhenti beberapa hari”, ungkap dr. Ida. Beliau juga mengungkapkan bahwa, perlunya menghindari diskusi dengan orang yang pencemas. Sebaiknya bertanya pada ahli bila ada informasi yang menyebabkan cemas. Selain itu bisa juga melakukan hobi yang menyenangkan, berolahraga, serta tetap memenuhi makanan gizi seimbang. Olahraga dianjurkan karena dapat meningkatkan hormon endorfin yang meningkatkan rasa senang.

Menurut dr. Ida, seseorang perlu datang ke profesional kesehatan apabila cemas dialami berlarut-larut dalam waktu yang lama, menimbulkan serangan panik, perilaku kacau, membahayakan diri sendiri dan orang lain, menimbulkan gejala fisik atau memperberat gejala yang sudah ada. (Vania Elysia/Reporter)

Kita semuanya saat ini sedang mengalami kecemasan, tapi yakinlah bahwa kita mampu menaklukan kecemasan. – dr. Ida Rochmawati, M.Sc., Sp.KJ (K)

Selengkapnya: www.manajemencovid-dirs.net