Mendorong Sinergi, Mengawal Transformasi: Sebuah Renungan Spiritual

Oleh Probosuseno

… wa ta’awanu ‘alal birri wat taqwa wa la ta’awanu ‘alal itsmi wal ‘udwan…(..dan tolong menolonglah kamu dalam perbuatan baik dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran) (Al Maidah: 2)

Perkembangan jaman yang semakin maju, ada sisi positif dan negatif, karena memang Allah SWT menciptakan segalanya serba berpasang-pasangan. Digitalisasi, globalisasi, hingga krisis moral begitu deras. Semua anak manusia, termasuk umat Islam dihadapkan pada tantangan besar untuk terus beradaptasi tanpa kehilangan jati diri. Suka atau tidak suka pesan Allah SWT dalam surat al maidah:2 agar selalu bekerjasama, semangat sinergi dan upaya transformasi menjadi dua pilar penting dalam menjaga keberlangsungan nilai-nilai Islam di tengah masyarakat modern.

Kerjasama dalam kebaikan dan taqwa adalah perintah Allah SWT, yang dalam istilah lain adalah sinergi. Islam sejak awal menekankan pentingnya kolektivitas dan kerja sama. Allah SWT berfirman di awal tulisan di atas. Sinergi dalam Islam bukan hanya sekadar kolaborasi teknis, tapi juga berakar pada spiritualitas. Sejak kisah hijrah Nabi Muhammad SAW melibatkan sahabat Abu Bakar Ash Shidiq, Sayidina Ali, Amir bin Fuhairah, bahkan Abdullah bin Uraiqith sebagai guide, Asma binti Abu Bakar, dll, sinergi potensi lintas generasi. Tetapi hijrah ini ternyata juga merupakan transformasi kearah kondisi muslim dan cara dakwah Islam yang amat memukau.

Sinergi dibentuk dalam suasana persaudaraan (ukhuwah), yaitu: Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan seiman), Ukhuwah Wathoniyah (persaudaraan sebangsa), dan Ukhuwah Basyariyah (persaudaraan kemanusiaan). Ketika nilai ini diinternalisasi, umat Islam akan saling melengkapi, bukan menyaingi, saling membangun, bukan menjatuhkan. Transformasi adalah bagian dari ajaran Islam sejak awal. Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah adalah transformasi total—lokasi, sistem, hingga peradaban. Namun transformasi dalam Islam bukan hanya fisik, tetapi lebih dalam: dari takut menjadi yakin, dari egoisme menuju keikhlasan, dari diam menjadi kontribusi. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Ar-Ra’d: 11). Artinya, transformasi sejati harus dimulai dari jiwa, dari kesadaran spiritual, yang kemudian mewujud dalam perubahan sosial.

Tips untuk mewujudkan Sinergi dan Transformasi dengan Akronim S.I.N.E.R.G.I.

S – Saling memberi dengan sifat Sayang menyayangi dan Shiddiq (Jujur). Awali sinergi dengan kejujuran niat dan komunikasi yang bersih.

I – Ilahi (Tuhan= Allah SWT) sebagai tujuan akhir. Niat ikhlas karena Allah, bukan riya (suka pamer) atau takabur (sombong).

N – Nanti (tidak harus kini), visinya surga dan nikmat akhirat tapi tanpa melupakan kebahagian dunia.

E – Empati, memaklumi kita memang berbeda, bisa memahami perspektif orang lain sebelum mengajak.

R – Rendah hati, ingat pesan pakai baju ihram, kita setara dan semuanya calon jenazah.

G – Guyub rukun, kolaborasi nyata, bukan hanya slogan.

I – Istiqamah (konsisten) dalam seluruh perjalanan meraih cita dan mewujudkan karya.

Semoga ALLAH SWT menjadikan kita semua (seluruh sivitas akademika Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada, beserta keluarga dan anak turun dan sivitas hospitalia Rumah Sakit, serta  dinas, lembaga jejaring) termasuk orang yang  menjaga tegaknya sholat, suka berkorban dan ALLAH SWT menganugerahi rasa indah dan menyenangkan dalam melaksanakan seluruh ajaran agama Islam. Amin. (Dr. dr. Probosuseno, SpPD, KGer, FINASIM, SE, MM, staf di Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK KMK UGM/ Ketua KSM & kepala Klinik Geriatri RSUP Dr.  Sardjito, Ketua Binrohis KORPRI RSUP Dr Sardjito dan Ketua Takmir masjid Asy Syifa’ RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, Konsultan. Editor: Yayuk Hartriyanti)