Performa, keberhasilan pencapaian visi dan misi serta ranking perguruan tinggi sangat bergantung pada kepemimpinan akademik. Departemen Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran UGM berkolaborasi dengan IDI dalam rangka Pengukuhan Guru Besar Pertama Bidang Pendidikan Kedokteran mengadakan annual scientific meeting 2016 yang menjunjung tema “Leadership in Medical and Health Professions Education” (20/4/2016). Dirjen Sumber Daya Iptek dan Pendidikan Tinggi, Kementerian Riset Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Prof. dr. Ali Gufron Mukti, M.Sc, Ph.D dalam keynote speech-nya menyampaikan untuk menciptakan kepemimpinan akademik yang unggul. Menekankan bahwa academic leadership bukan hanya mengenai kemampuan intellectual leadership atau menguasai ilmu, tapi juga resource leadership yaitu kepemimpinan yang inovatif serta mampu mengembangkan berbagai aspek kepemimpinan.
Guna mencapai kesejahteraan masyarakat dan bangsa di era globalisasi ini, beberapa perubahan harus dilakukan diantaranya adalah keluar dari kesulitan ekonomi, meningkatkan indeks saing, memenuhi ekspektasi masyarakat, dan meningkatkan daya saing perguruan tinggi, tambah Ali Ghufron. Universitas tidak hanya memiliki peran sebagai agen pendidikan dan penelitian, akan tetapi juga sebagai agen transfer kebudayaan, pengetahuan, dan teknologi, serta pembangunan ekonomi untuk masyarakat dan industri.
Meningkatkan daya saing perguruan tinggi menjadi hal yang substansial guna menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu langkah adalah dengan ikut berkontribusi dalam pengembangan sains dan teknologi melalui publikasi Internasional. Lanjut beliau, pencapaian perguruan tinggi Indonesia di kancah Internasional, menurut Webometrics, UGM menduduki peringkat 781, ITB di peringkat 819, UI di peringkat 909, Unair di peringkat 1440, dan UNIBRAW 1517 di dunia. Peringkat ini berbeda tergantung penilai dan kriteria penilainya. Salah satunya ditentukan oleh kualitas dan kuantitas publikasi dari universitas.
Berdasarkan data SCOPUS 2015, Indonesia masih tertinggal dibandingkan Malaysia, Singapore, dan Thailand dalam jumlah publikasi internasionalnya, padahal Indonesia termasuk negara yang beruntung pasalnya bangsa yang besar ini memiliki banyak sumber daya yang dapat ditulis dan dipublikasikan. Hal tersebut menjadi tantangan yang dihadapi bangsa ini.
Menurut kemenristekdikti pada periode 2014-2019 diperlukan sasaran-sasaran strategis guna meningkatkan kualitas SDM yang berpendidikan tinggi, yaitu kualitas pembelajaran dan kemahasiswaan perguruan tinggi, kualitas kelembagaan iptek dan dikti, relevansi kualitas dan kuantitas sumber daya iptek dan dikti, relevansi dan produktifitas riset dan pengembangan, serta penguatan kapasitas.
Peningkatan fasilitas dan dana riset, mahasiswa pasca sarjana, beasiswa pascasarjana, serta dukungan dana untuk perguruan tinggi diharapkan mampu meningkatkan produktivitas riset. Seperti LPDP contohnya, pemberian pendanaan riset, penghargaan jurnal terindeks scopus dan sitasi, serta beasiswa mampu meningkatkan SDM Indonesia dan tercapainya World Class University.
Diakhir pidatonya, Ali Ghufron menegaskan mengenai tujuh elemen utama yang harus dikuasai oleh Academic Leader yaitu memiliki tatakelola kelembagaan yang akuntabel dan sistem manajemen yang modern, sistem rekrutmen calon guru yang komperhensif, kurikulum dan sistem pembelajaran yang berwawasan masa depan, dukungan sarana dan prasarana, SDM yang berkualitas, sekolah laboraturium dan sekolah mitra, serta sistem penjaminan mutu yang baik. Sehingga dengan academic leadership yang baik diharapkan perguruan tinggi di Indonesia bisa menjadi perguruan yang berkualitas serta dapat membangun bangsa yang mampu bersaing secara global. (Fitri/Reporter)