Membangun Ketahanan Kesehatan Iklim di Asia: Pembelajaran dari Sesi AWARE di ILC 2025

FK-KMK UGM. Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM) berpartisipasi dalam Parallel Session: Pandemics & Infectious Diseases Track yang membahas Advanced Warning and Response (AWARE) Systems. Sesi ini berlangsung pada 7–9 Juli 2025 dalam rangkaian International Leprosy Congress (ILC) 2025 di Bali Nusa Dua Convention Center. Mengusung pendekatan interdisipliner, sesi ini mengupas sistem peringatan dini berbasis data untuk memperkuat kapasitas respons kesehatan terhadap dampak perubahan iklim, khususnya di kawasan Asia-Pasifik.

Dipandu oleh Angela Chaudhuri, CEO Swasti Health Catalyst, sesi ini menghadirkan berbagai narasumber lintas sektor, termasuk pakar teknologi, pengambil kebijakan, dan praktisi lapangan dari berbagai negara. Pembukaan sesi disampaikan oleh Dr. Dinesh Arora dari Asian Development Bank (ADB) yang menggarisbawahi pentingnya pengembangan sistem prediktif berbasis data spasial dan teknologi untuk mendeteksi potensi risiko kesehatan sejak dini. Meskipun bersifat prediktif, penekanan tetap diberikan pada pencegahan dan deteksi awal guna mengurangi dampak buruk dari krisis kesehatan yang dipicu oleh iklim.

Dr. Soumya Swaminathan, mantan Kepala Ilmuwan WHO, menambahkan pentingnya integrasi sistem surveilans yang menyeluruh dan terstandar, termasuk pemanfaatan social listening sebagai sumber data tren penyakit sekaligus alat deteksi dini misinformasi. Sementara itu, studi kasus dari berbagai negara memberikan gambaran konkret penerapan AWARE di lapangan.

India menampilkan dua model inovatif. Dr. T.S. Selvavinayagam memperkenalkan Scrub Typhus Advanced Warning System yang memadukan data meteorologi dan laporan rumah sakit untuk mengantisipasi wabah. Sedangkan Dr. Valerie Laloo mempresentasikan sistem One-Health Surveillance berbasis kolaborasi multisektor guna mengatasi penyakit zoonotik secara preventif.

Dari Filipina, Gubernur Tabaco City, Cielo Krisel Lagman-Luistro, memaparkan pemanfaatan Community-based Monitoring System (CBMS) yang menyatukan data kesehatan, pendidikan, dan iklim dalam dashboard interaktif untuk pengambilan kebijakan berbasis data di tingkat desa. Thailand juga menunjukkan inovasi melalui Community-Driven Participatory Surveillance, yang memungkinkan petani dan warga melaporkan gejala penyakit hewan secara real-time via aplikasi seluler, mempercepat deteksi dan respons.

Biju Jacob dari Health Innovation Exchange memaparkan infrastruktur digital yang mendukung sistem AWARE, termasuk dashboard visualisasi data untuk pembuat kebijakan. Penutup sesi disampaikan oleh Ayako Inagaki dari ADB yang menegaskan bahwa sistem kesehatan yang tangguh harus berbasis data, inklusif, dan responsif terhadap kebutuhan kelompok rentan dalam menghadapi krisis iklim global.

Inisiatif AWARE dan kolaborasi lintas sektor dalam sesi ini sejalan dengan upaya pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, SDG 13: Penanganan Perubahan Iklim, serta SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. Pendekatan adaptif berbasis data ini menjadi langkah strategis dalam membangun sistem kesehatan yang tangguh dan berkeadilan di tengah tantangan iklim yang terus berkembang. (Kontributor: dr. Ichlasul Amalia).