Masyarakat Sehat, Prestasi Indonesia Hebat

Penyakit tidak menular menjadi ancaman terbesar di dunia. Olahraga atau aktivitas fisik menjadi determinan dalam pengendalian penyakit tidak menular menuju Indonesia sehat…

 

Kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) di dunia mencapai 36 juta jiwa, terutama di negara berpenghasilan rendah dan sedang. Di Indonesia, 6 dari 10 penyakit utama yang menjangkiti rakyat Indonesia berupa penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, kanker, stroke, jantung koroner, dan lain sebagainya. Sementara Provinsi DI Yogyakarta termasuk salah satu daerah yang memiliki angka kejadian PTM yang tinggi di Indonesia. Hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk ahli-ahli kesehatan masyarakat di DIY karena PTM selama ini menjadi beban pelayanan kesehatan akibat biaya perawatan tinggi dalam jangka yang panjang. Namun sebenarnya biaya ini dapat ditekan apabila PTM dapat dicegah sedini mungkin. Inilah yang melatarbelakangi acara Kuliah Umum dan Workshop Alumni Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan UGM  dengan tema ”Menuju Indonesia Sehat Melalui Olahraga”.

Acara yang dibuka oleh dr. Yayi Suryo Prabandari, M.Si, phD  ini diselenggarakan di ruang Auditorium FK UGM pada hari Sabtu (19/10) dan dihadiri oleh peserta dari sekitar 300 mahasiswa S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat. Dalam sambutannya, dr. Yayi menyampaikan tujuan kuliah umum ini adalah untuk memberi gambaran tentang kesehatan, aktivitas fisik dan pengendalian penyakit tidak menular. Pada kuliah umum ini juga dihadiri oleh kepala Dinas Kesehatan Provinsi DIY, dr. Arida Oetami, M.Kes. Beliau menyampaikan mengenai kebijakan pengendalian PTM menyongsong implementasi jaminan kesehatan 2014 terkait dengan aktivitas fisik. Dalam kuliahnya beliau menekankan bahwa pentingnya peran kegiatan fisik dan olahraga yang rutin dilakukan untuk mencegah penyakit tidak menular dan meningkatkan kebugaran masyarakat. Beliau juga menyampaikan mengenai epidemiologi penyebaran PTM di Indonesia sehingga dapat diketahui provinsi mana saja yang rawan akan PTM, dan ternyata Provinsi DIY termasuk salah satunya.

Kemudian kuliah dilanjutkan oleh narasumber berikutnya, yaitu drg. Ririn Puspandari selaku seksi Promosi Kesehatan dan Kemitraan Dinas Kesehatan Provinsi DIY yang menyampaikan gambaran aktivitas olahraga kesehatan yang dapat dilakukan di DIY. Menurut beliau sebenarnya banyak sekali jenis olahraga yang dapat dilakukan, misalnya bersepeda, jogging, berenang, aktivitas fisik ringan seperti berjalan, lebih memilih naik tangga daripada naik lift, atau membersihkan rumah sangat mungkin dilakukan. Bahkan saat ini di Provinsi DIY sudah banyak kelompok masyarakat yang sudah sadar untuk yang melakukan aktivitas fisik rutin seperti kelompok senam lansia di beberapa kecamatan di DIY.

Kuliah umum juga ini dihadiri oleh pembicara utama, yaitu Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Republik Indonesia, KRMT Roy Suryo, M.Kes yang menyampaikan materi mengenai Sport Science untuk Pencapaian Prestasi Indonesia. Dalam kuliahnya, beliau memaparkan tentang penggunaan IPTEK dalam peningkatan prestasi atlet elit Indonesia. “Ada hal yang selama ini belum kita maksimalkan yaitu penggunaan teknologi dalam sport science,” ungkap Menpora. Beliau menyampaikan upaya program pengembangan IPTEK keolahragaan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) meliputi perancangan Institut Olahraga Indonesia untuk mendukung pendidikan akademis bagi atlet, menyelenggarakan riset tepat guna bersama dengan perguruan tinggi olahraga dan para akademisi olahraga, membantu pengembangan laboratorium di universitas, pelatihan workshop IPTEK, peningkatan wawasan dan keterampilan pelatih dalam menerapkan dan memanfaatkan IPTEK olahraga, serta pendampingan penerapan IPTEK pada pelatihan PRIMA. Sementara ini prioritas penerapan IPTEK di berbagai cabang olahraga misalnya dalam penggunaan monitor denyut jantung, penggunaan speed guns, orthotics, video (feedback segera), penggunaan teknologi dalam proses pemulihan atlet, dan penggunaan nutrisi yang tepat. Penggunaan IPTEK ini adalah untuk membantu para pelatih untuk mengatur taktik dan mempersiapkan fisik maupun mental atlet sebelum bertanding, serta sebagai bekal pendidikan atlet di masa mendatang. Menurut Roy Suryo, untuk menunjang IPTEK keolahragaan dibutuhkan kerja sama para akademisi dari berbagai macam bidang untuk bersinergi dalam pengembangan ilmu pengetahuan keolahragaan, sehingga pada akhirnya prestasi atlet Indonesia dapat meningkat baik di tingkat ASEAN maupun tingkat Olimpiade. (hamz)