Manajemen Risiko Bencana dalam Perspektif Gender

FK-UGM. Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Fakultas Kedokteran UGM bekerjasama dengan Kobe University, Jepang, tahun ini menyelenggarakan The 13th International Seminar on Disaster: Gender-Inclusive Disaster Risk Management. Pemilihan tema tersebut dengan mempertimbangkan bahwa dampak bencana, terutama yang disebabkan oleh faktor alam tidak gender-neutral.

Dekan Fakultas Kedokteran UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., PhD., sangat mengapresiasi adanya kerjasama antara Fakultas Kedokteran UGM dengan Kobe University dalam hal disaster management. Dekan dalam sambutannya, Kamis (21/12) di Hotel UC UGM juga mengungkapkan bahwa tema tersebut sangat penting untuk diangkat, mengingat bahwa Jogja merupakan wilayah potensial terjadi bencana.

“Seperti halnya satu bulan yang lalu ada angin topan melanda Jogja, bahkan satu minggu yang lalu salah satu rumah sakit jejaring kami mendapatkan bencana gempa bumi,” paparnya.

Seminar yang dilaksanakan rutin per tahun ini diharapkan mampu untuk, pertama, menjadi wadah pertukaran pengalaman dalam hal persiapan, penanganan maupun rehabilitasi dalam bencana. Kedua, memfasilitasi peningkatan kompetensi kognitif maupun psikomotor perawat agar semakin bisa meningkatkan perannya dalam manajemen penanggulangan bencana. Ketiga, mengajarkan peran dan tanggung jawab perawat dalam manajemen penanggulangan bencana, terutama yang berkaitan dengan peran dan isu gender, baik pada perawat maupun mahasiswa keperawatan.

“Persiapan memang kunci untuk menghadapi bencana. Dalam hal ini, perawat memegang peran penting dalam persiapan hingga penanggulangan bencana dalam berbagai bidang,” imbuhnya.

Sementara itu, salah satu narasumber dari Kobe University, Prof. Satoshi Takada, mengungkapkan bahwa perempuan bisa menjadi agen kerentanan bencana untuk lansia dan anak-anak. Perempuan mampu memberikan usulan terhadap perubahan untuk mengurangi risiko bencana dan memperkuat ketahanan komunitas.

Letak Indonesia di Pacific Ring of Fire (sebuah area dengan tingkat aktivitas tektonik yang tinggi) membuat negara ini harus selalu berhadapan dengan risiko terjadinya berbagai bencana seperti letusan gunung api, gempa bumi, banjir, dan tsunami. Selama dua puluh tahun terakhir, Indonesia kerap kali menjadi perhatian dunia karena mengalami berbagai bencana alam yang menyebabkan banyaknya kematian manusia dan hewan, serta berdampak pada kerusakan infrastruktur yang pada akhirnya mengarah pada kerugian ekonomi.

Manajemen penanggulangan bencana merupakan segala kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka upaya pencegahan (prevention), mitigasi (mitigation), kesiapan (preparedness), peringatan dini (early warning), tanggap darurat (response), bantuan darurat (relief), pemulihan (recovery), rehabilitasi (rehabilitation), dan rekonstruksi (reconstruction) yang berkaitan dengan bencana dan dilakukan pada tahapan sebelum, saat, dan setelah bencana. Dalam kondisi ini, perawat menjadi garda depan institusi pelayanan baik klinik maupun komunitas yang memiliki peran sangat penting baik dalam fase kesiapan, tanggap darurat, maupun pemulihan bencana. (Wiwin/IRO)