Mamografi sebagai prediktor Kanker Payudara

Kanker payudara merupakan keganasan tertinggi pada wanita Indonesia. Angka kejadian kanker payudara diperkirakan sebesar 26 kejadian per 100.000 wanita (Departemen Kesehatan RI, 2010; Sjafili et al., 2008). Kecenderungan peningkatan insidensi membuat kanker payudara menjadi salah satu problem kesehatan yang krusial.
Riwayat keluarga dan faktor genetik merupakan faktor risiko kanker payudara. Diperkirakan 5-10% kanker payudara terjadi pada wanita yang memiliki mutasi pada gen yang rentan terhadap kanker payudara, yaitu BRCA1 dan BRCA2 (Scwartz et al., 2008).

Penelitian yang diteliti oleh Dr. dr. Lina Choridah, Sp.Rad(K) yang mana telah melaksanakan ujian terbuka Doktor (8/10) dan dinyatakan cumlaude adalah untuk mengetahui peranan citra mamografi, faktor hormonal, dan genetik sebagai prediktor kanker payudara terkait faktor estrogenik pada populasi di Indonesia khususnya etnik Jawa, dan menyusun model perhitungan risiko dengan memperhitungkan persentase densitas mamografi sebagai salah satu faktor risiko sehingga dapat digunakan sebagai acuan upaya preventif dan intervensi untuk menurunkan risiko kanker payudara.

Didapatkan 120 subyek penelitian, berdasar triple test 60 subyek ditetapkan sebagai penderita kanker payudara. Kelompok umur terbanyak kanker payudara adalah 40-49 tahun (36,7%). Hasil penelitian ini menunjukkan tingginya jumlah penderita kanker payudara usia muda di Indonesia khususnya pada etnik Jawa yang sesuai dengan pola kanker payudara wanita Asia.

Pengembangan mamografi sebagai alat deteksi dini kanker payudara sekaligus sebagai predictor risiko yang kuat sangat diperlukan didamping penambahan modalitas citra payudara lain yaitu ultrasonografi dan MRI untuk mengantisipasi adanya masking effect. Peranan densitas mamografi sebagai novel independent risk factor kanker payudara harus disosialisasikan sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan bagi populasi dengan risiko yang lebih tinggi dan diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai acuan upaya preventif maupun intervensi untuk menurunkan risiko kanker payudara.

Diperlukan penelitian lanjutan validasi model GAMA DEJAVU dengan model baku yang sudah ada. Mengingat keanekaragaman etnik di Indonesia, diperlukan penelitian multi etnik lebih lanjut terkait faktor genetic. Faktor risiko kanker payudara bersifat multifaktorial, pembentukan tim terpadu multi disiplin sangat penting untuk mendukung upaya preventif penurunan angka kejadian kanker payudara dan penatalaksanaan kanker payudara pada umumnya di Indonesia.
Dr. dr. Lina Choridah, Sp.Rad(K)
“Diperlukan kesadaran bagi perempuan-perempuan di Indonesia khususnya untuk melakukan deteksi dini dengan cara melakukan SADARI (periksa payudara sendiri), periksa pada dokter, mamografi yang bisa digunakan bagi perempuan usia lebih dari 40 tahun atau menggunakan alat ultrasonografi”, pesan dr. Lina Choridah yang disampaikan ketika ujian terbuka berlangsung.

Tidak lupa Prof. Dr. dr. Teguh Aryandono, Sp.B(K)Onk selaku promotor memberikan wejangannya supaya dr. Lina Choridah terus eletakkan kepentingan pasien sebagai kepentingan utama dan memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang kanker payudara bekerjasama dengan lembaga-lembaga terkait guna meningkatkan kesadaran perempuan-perempuan Indonesia akan bahaya kanker payudara.

Dr. dr. Lina Choridah, Sp.Rad(K) merupakan Doktor ke 2.049 Fakultas Kedokteran UGM. turut hadir dalam ujian terbuka suami dan kedua putranya. Tidak lupa dr. Lina Choridah mengucapkan terimakasih kepada keluarga tercinta, suami dan kedua putranya serta promotor dan co-promotor yang dengan sabar memberikan pembimbingannya, para penguji, para penilai dan ketua sidang hingga bisa lulus dengan pujian. (Dian/IRO)