FK-KMK UGM. Tim mahasiswa UGM menginisiasi pembuatan permainan edukatif Lingkar Bregada sebagai media pembelajaran kebudayaan Jawa, yang berhasil melaju ke PIMNAS 2021 pekan depan. Ide permainan edukatif ini berawal dari kegelisahan mereka terkait minimnya metode pembelajaran Bahasa Jawa saat duduk di bangku sekolah.
Tim Mahasiswa UGM yang terdiri dari Mahasiswa FK-KMK UGM, Fitriana Aulia SEP., yang juga menjabat sebagai ketua tim, dengan anggota Mahasiswa Fakultas Teknik UGM, Andreas Ryan Cahyo K., Arlen Pramudya A., dan Wahyu Setyaningsih, maupun Mahasiswa Fakultas Hukum UGM, RR Natasya Nurputri A., ini secara khusus mengungkapkan dua alasan utama pengembangan produk permainan edukatif.
Pertama, tim merasakan adanya kekurangan pengalaman belajar Bahasa Jawa yang variatif. Kedua, tim merasakan adanya keterbatasan sumber belajar Bahasa Jawa, yang menurut mereka hanya mengandalkan materi dari pengajar.
“Kurangnya bahan ajar dan keinginan untuk menarik minat pembelajaran Bahasa Jawa bagi anak-anak dengan media pembelajaran yang inovatif, membuat kami tertarik untuk mengembangkan ide ini,” ungkap Fitriana Aulia S. E. P.,” Jumat (15/10) saat dihubungi secara daring.
Permainan edukatif berbentuk monopoli yang memuat pengetahuan umum Bahasa Jawa ini menggunakan 10 bidak bregada dalam satu set permainan. Namun, untuk memainkannya hanya dapat dilakukan hingga 4 orang pemain.
“Langkah pertama untuk bermain adalah dengan menyelesaikan kartu misi terlebih dahulu. Jadi, kartu misi itu digunakan sebagai kartu pembuka yang berisi sebuah cerita. Di permainan itu kami mengangkat tema sejarah Tanah Mangir, di mana ada Panembahan Senopati, Pembayun, maupun Ki Ageng Mangir yang berseteru,” kisah Fitriana.
Pada bagian depan kartu tertera tulisan aksara jawa, dengan pertanyaan bermuatan kurikulum lokal Bahasa Jawa. Permainan tersebut juga menyediakan kotak kecil yang berisi kunci jawaban yang dibalik di bagian bawah pertanyaan sehingga pemain tidak dapat langsung mengetahui kunci jawaban dari pertanyaan di atasnya. Menariknya, bagian belakang kartu tersebut juga memuat terjemahan dalam 3 bahasa, yakni Bahasa Jawa dalam alfabet, Bahasa Indonesia, dan juga Bahasa Inggris.
“Harapannya ke depan produk ini bisa ada pengembangan berupa diversifikasi produk yang mengangkat kebudayaan Nusantara lain agar bisa dipasarkan lebih luas lagi. Selain itu, kerjasama dengan dinas terkait juga penting agar produk ini tidak berhenti di tataran PIMNAS saja,” ungkap Fitriana.
Natasya dan Andreas dalam kesempatan ini juga menambahkan bahwa harapannya produk ini juga bisa merambah ke dunia digital sehingga bisa menjangkau keluasan pasar dan menarik investor (Wiwin/IRO).