FK-KMK UGM. Sebuah inovasi datang dari Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk menjawab tantangan kesehatan nasional terkait diabetes melitus. Tim Program Kreativitas Mahasiswa – Karsa Cipta (PKM-KC) berhasil mengembangkan purwarupa alat deteksi dini dan pemantauan gula darah non-invasif bernama Glycemia Breath Analyzer (Glyra). Pengembangan ini memberikan harapan baru untuk metode skrining dan monitoring diabetes yang lebih nyaman, cepat, dan tidak menyakitkan dibandingkan metode tusuk jari yang selama ini digunakan.
Tim Program Kreativitas Mahasiswa – Karsa Cipta (PKM-KC) terdiri dari kolaborasi mahasiswa Fakultas Teknik dan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM yang beranggotakan Muhammad Nafal Zakin Rustanto (Ketua Tim), Nathanael Satya Saputra, Alfito Putra Parindra, Muhammad Bintang Hidayatullah Marbun, dan Mirza Evrizqo Timmerman. Seluruh proses pengembangan ini berada di bawah bimbingan dan supervisi dari dosen Fakultas Teknik UGM, Dr. Eng. Ir. Igi Ardiyanto, S.T., M.Eng., IPM., SMIEEE.
Inovasi ini dilatarbelakangi oleh tingginya prevalensi diabetes di Indonesia, yang menempatkan negara pada peringkat kelima di dunia. Menurut data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, diperkirakan dua dari setiap seratus penduduk dewasa menderita diabetes melitus. Para penderita seringkali dihadapkan pada metode pemeriksaan invasif yang mengharuskan pengambilan sampel darah berulang kali, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan serta berpotensi menyebabkan rasa sakit atau iritasi.
Glyra bekerja dengan mendeteksi biomarker atau senyawa penanda kimia yang terdapat dalam embusan napas. Penelitian menjelaskan bahwa kondisi diabetes melitus mengubah proses metabolisme tubuh. Ketika tubuh tidak dapat menggunakan glukosa secara efektif, ia akan beralih membakar lemak untuk energi, sebuah proses yang menghasilkan senyawa keton seperti aseton. Senyawa inilah, bersama biomarker lainnya, yang dilepaskan melalui paru-paru dan dapat diukur sebagai indikator kondisi gula darah.
Untuk menangkap senyawa-senyawa tersebut, Glyra dibekali dengan susunan enam sensor gas canggih yang masing-masing memiliki kepekaan terhadap biomarker spesifik. Data kompleks yang dihasilkan oleh sensor kemudian diolah menggunakan algoritma Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) untuk memastikan akurasi hasil deteksi. Selain itu, perangkat ini juga terintegrasi dengan Internet of Things (IoT), yang memungkinkan data hasil pemeriksaan dikirim dan dipantau secara real-time melalui laman website khusus.
Tim PKM-KC Glyra berharap inovasi ini dapat menjadi solusi yang lebih terjangkau, praktis, dan mudah diakses oleh masyarakat luas untuk skrining dini dan pemantauan harian. Didukung pendanaan dari Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa), Kemendikbudristek, penelitian ini diharapkan dapat terus berkembang dari tahap purwarupa menuju uji klinis yang lebih lanjut. (Kontributor: Tim Program Kreativitas Mahasiswa – Karsa Cipta).