FK-KMK UGM. Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) menciptakan inovasi desain molekul dan sintesis aspirin dengan induksi asam lambung yang lebih rendah, serta memiliki potensi sebagai anti-alzheimer. Penelitian terhadap efek obat baru yang relevan dengan kondisi kesehatan masyarakat Indonesia menjadi sangat penting. Penelitian tersebut terkait uji in silico dan sintesis senyawa derivat isoster aspirin, yaitu 2-(fenilcarbamoil)fenil asetat.
Pada penelitian ini, terdapat beberapa mahasiswa dari dua jurusan yang terlibat. Mereka terdiri dari Muhammad Nino Irwana, Afnan Syifa’ Muhammad, Najla Humairah Naldi, Gishellen Angelica Santoso, dan Anastasia Raiza dari Fakultas Farmasi dan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM.
Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Riset Eksakta (PKM-RE) UGM di bawah bimbingan dosen Dr. apt. Hari Purnomo, MS, serta penelitian ini berhasil memperoleh sumber dana dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek). Aspirin, obat yang umum digunakan, memiliki beragam manfaat, termasuk sebagai antipiretik, analgesik, antiinflamasi, dan antiplatelet. Namun, salah satu efek samping yang signifikan adalah iritasi lambung.
Muhammad Nino mengungkapkan, penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya penggunaan aspirin yang ternyata mempunyai efek samping merugikan untuk lambung. Menurut Cryer dan Mahaffey (2014), hingga 50% pasien pengguna aspirin mengalami efek samping berupa kerusakan lambung.
Penelitian diawali dari uji in silico menggunakan software. Dari data yang diperoleh, apabila gugus OH diganti pada struktur asam karboksilat aspirin dengan isosternya dan menunjukkan potensi aktivitas biologis yang lebih baik. Penelitian ini memiliki implikasi yang signifikan dalam perkembangan ilmu pengetahuan, terutama di bidang kesehatan dan farmasi.
Data yang diperoleh dari penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan terkait potensi 2-(fenilcarbamoil)fenil asetat sebagai pengganti aspirin yang memiliki efek samping lebih rendah pada lambung. Afnan mengatakan, penelitian ini juga dapat membantu meningkatkan penemuan obat di Indonesia, yang saat ini masih menghadapi tantangan dalam hal kemandirian dalam industri farmasi.
Manfaat molekul 2-(fenilcarbamoil)fenil asetat, lebih lanjut disebut dengan Enpiribrum, tidak hanya berhenti sampai situ saja. Terbukti dengan uji in silico, molekul ini memiliki skor docking yang lebih poten dibandingkan dengan rivastigmine yang saat ini menjadi pilihan obat utama untuk Alzheimer. Enpiribrum mempunyai potensi besar sebagai pilihan terapi alzheimer jika nantinya penelitian ini dapat berlanjut. Bahan baku obat tersebut nantinya bisa dijadikan berbagai bentuk sediaan melalui formulasi. (Kontributor: Najla Humairah Naldi)