FK-KMK UGM. Mahasiswa Magister Ilmu Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM melaksanakan kunjungan ke Desa Semanu, Kabupaten Gunung Kidul pada Rabu (22/04) untuk mempelajari bagaimana cara pemerintah setempat dalam menangani kasus penyakit menular di wilayahnya. Kunjungan tersebut berkaitan dengan mata kuliah One Health yang bertujuan untuk memberikan pemahaman menyeluruh mengenai hubungan antara kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan. Selain itu, kunjungan tersebut juga menjadi salah satu upaya FK-KMK dalam mewujudkan tujuan dari SDG 17 terkait kemitraan untuk mencapai tujuan.
Beberapa instansi setempat, meliputi Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul dan Puskesmas SEMANU II ikut serta mendampingi rombongan prodi Magister Ilmu Kedokteran Tropis (Tropmed) FK-KMK. Sebelum keberangkatan, para dokter dan tenaga kesehatan terlebih dahulu menyampaikan materi terkait bagaimana cara pengendalian penyakit menular dari hewan ke manusia beserta tata cara penyembuhannya. Beberapa kasus penyebaran virus di daerah tersebut pun juga disampaikan kepada mahasiswa sebagai gambaran bagaimana kasus tersebut pernah terjadi di wilayah mereka. Desa Semanu merupakan salah satu desa yang pernah terjangkit bakteri Antraks yang menyebabkan kematian sejumlah orang. Bakteri ini menyerang hewan ternak warga seperti sapi dan kambing yang pada akhirnya menular pada manusia melalui perantara kontak fisik, udara, maupun makanan yang dikonsumsi.
Pada kunjungan ini, mahasiswa diberikan kesempatan untuk melakukan tanya jawab kepada warga yang pernah terkena Antraks. Beberapa gejala yang dirasakan mereka adalah nyeri pada saat menelan makanan dan muncul luka yang menghitam di beberapa bagian tubuh. Menurut penuturan warga, asal mula mereka terjangkit bakteri ini salah satunya karena kebiasaan brandu. Brandu merupakan kebiasaan lama masyarakat Desa Semanu yang membagi-bagikan daging ternak warga yang mati mendadak dengan dengan harga yang murah untuk meringankan biaya perawatan hewan yang telah dikeluarkan sebelumnya. Satu hal yang belum warga pahami adalah daging hewan yang mereka konsumsi karena mati mendadak tersebut ternyata telah terinfeksi bakteri Antraks sehingga masuk ke tubuh mereka. Hal tersebutlah yang menjadikan kasus persebaran Antraks di Desa Semanu semakin tinggi.
Menurut Prof. Dr. drh. Waayan Tunas Artama selaku ahli bidang One Health, menyampaikan bahwa salah satu ciri-ciri hewan ternak yang terjangkit bakteri Antraks adalah mengeluarkan darah pada lubang tubuh (mata, hidung, telinga, dan anus). Lebih lanjut, beliau mengatakan bahwa spora yang tumbuh dari jasad hewan yang telah terinfeksi bakteri tersebut dapat bertahan hidup selama ratusan tahun dan ada kemungkinan dapat termakan hewan ternak lain apabila ditumbuhi rumput di atasnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengecoran pada lokasi tempat dikuburkannya hewan tersebut untuk menghindari persebaran bakteri. Upaya tersebut dapat menekan angka penularan bakteri yang dapat mengamankan kualitas hidup masyarakat sekitar, termasuk hewan-hewan ternak yang dimiliki, sebagaimana tujuan SDG 3 Kehidupan Sehat dan Sejahtera. Selain itu, sebagaimana SDG 15 Ekosistem Daratan, metode pengecoran juga dapat melindungi ekosistem di sekitar masyarakat.
Adanya kegiatan kunjungan lapangan ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada mahasiswa mengenai kasus persebaran penyakit infeksi menular yang melibatkan hubungan manusia dan hewan pada kasus yang nyata. Selanjutnya, mahasiswa juga diminta untuk mengidentifikasi bagaimana pola penanganan dan pencegahan yang tepat apabila terjadi kasus yang serupa pada daerah mereka masing-masing. Harapannya, lulusan Magister Ilmu Kedokteran Tropis dapat berkontribusi penuh pada kasus penyebaran penyakit pada kasus yang nyata di Indonesia, sebagaimana tujuan SDG 4 Pendidikan Berkualitas.
Harapannya, meskipun telah diberikan pengarahan oleh instansi terkait dalam mengatasi persebaran bakteri Antraks, melalui kunjungan mahasiswa Tropmed tersebut juga dapat memberikan penekanan kepada masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam mengolah daging, khususnya daging sapi kepada warga sekitar. Dengan demikian, dapat terbentuk aksi konsumsi dan produksi yang lebih bertanggung jawab untuk menunjang kelayakan hidup masyarakat di Desa Semanu, Gunung Kidul. Hal ini sesuai dengan tujuan SDG 12 Konsumsi dan Produksi Bertanggung Jawab. (Penulis: Fikri Wahiddinsyah/Editor: Putri)