Mahasiswa FK-KMK UGM Teliti Respon Imun Nonspesifik pada Hipertrofi Konka Inferior

FK-KMK UGM. Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) meluluskan mahasiswa Program Studi Doktor dr. Rangga Putra Nugraha, Sp.T.H.T.B.K.L., M.Sc, dengan predikat Cumlaude. Dalam ujian terbuka di Auditorium Lantai 8 Gedung Pascasarjana Tahir Foundation FK-KMK UGM pada Senin (22/09), dr. Rangga memaparkan hasil penelitiannya yang berjudul “Respon Imun Nonspesifik pada Pasien Hipertrofi Konka Inferior (Kajian Innate Lymphoid Cell 2 (ILC2) dan Profil Mikrobiota pada Mukosa Konka)”.

Penelitian dr. Rangga ini terkait dengan mekanisme pertahanan tubuh pada kasus hipertrofi konka inferior (HKI). Penelitian ini dilakukan dengan uji potong lintang terhadap 42 pasien yang menjalani operasi turbinoplasti di RS Universitas Tanjungpura pada tahun 2025. Kegiatan penelitian bertujuan menggali lebih dalam mekanisme imun nonspesifik pada mukosa hidung yang berperan dalam terjadinya HKI, salah satu gangguan rongga hidung dengan prevalensi mencapai 72% dari kasus obstruksi nasal.

Latar belakang penelitian ini berangkat dari peran penting hidung sebagai garda terdepan sistem pertahanan tubuh melalui mekanisme penyaringan partikel asing dengan melibatkan sel fagosit, dendritik, mast, natural killer (NK), innate lymphoid cell (ILC), hingga sistem komplemen dan sitokin. Ketika sistem pelindung ini terganggu, dapat timbul pembesaran konka inferior akibat edema jaringan, kongesti vaskular, dan hiperplasia seluler. Pemahaman terhadap proses imun nonspesifik ini diharapkan membantu klinisi dalam merumuskan terapi inovatif bagi pasien HKI.

Metode penelitian menggunakan imunohistokimia, flowsitometri, dan whole genome sequencing untuk menganalisis karakteristik jaringan. Dari 42 pasien, terdiri dari 21 laki-laki dan 21 perempuan dengan rentang usia 11–59 tahun (rerata 27,4 tahun). Sebanyak 10 pasien mengalami HKI derajat 3 dan 32 pasien derajat 4, sementara kondisi atopik ditemukan pada 19 pasien (45,2%). Analisis menunjukkan adanya perbedaan bermakna jumlah sel eosinofil, CD45+, CD294+, serta persentase ILC2 pada tingkat keparahan HKI. Menariknya, mikrobiota tidak ditemukan pada mukosa, melainkan hanya pada mukus, sehingga metode pengambilan sampel melalui swab atau brushing lebih disarankan dibanding biopsi jaringan.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa respon imun nonspesifik seluler—terutama melalui sel eosinofil, CD45+, CD294+, dan ILC2—memiliki peran dominan dalam kejadian hipertrofi konka inferior dibandingkan dengan faktor atopik. Temuan ini memberikan arah baru bagi pengembangan strategi diagnosis dan terapi.

“Langkah ke depan yang mungkin untuk riset lanjutan yang mungkin bisa kami usulkan bahwa respon inum non spesifik, ternyata juga punya peran di mekanisme atau patofisiologi hipertrofi konka itu sendiri. Sehingga ke depannya pendekatan terhadap respon imun tidak hanya terjadi pada yang spesifik, tapi juga yang non spesifik sebagai terapi yang komprehensif di Hipertrofi Konka,” terang dr. Rangga.

Lebih jauh, penelitian ini juga mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera melalui kontribusi penelitian kedokteran dalam peningkatan layanan kesehatan, SDG 4: Pendidikan Berkualitas melalui penguatan riset berbasis akademik, SDG 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur melalui pemanfaatan teknologi kesehatan untuk penelitian yang berdampak bagi masyarakat, serta SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. (Humas/Sitam).